Setelah menyiapkan makan. Tini memutar rekaman pertama Burhan, aturannya ia harus memutar rekaman sesuai waktu yang tertulis pada kaset. Radio tua milik ayah Burhan merupakan pilihan paling logis. Tini melangkah ke dapur, tidak membiarkan makanannya dingin karena ia tidak menutupnya tadi.
"Selamat malam"
Tini terdiam, bayangan Burhan muncul tepat di depan pintu. Seperti biasa ketika ia pulang dari super market, melepas sepatunya di depan pintu masuk rumah dengan mengunyah permen karet. Ada beberapa makanan ringan dan bahan dapur seperti kecap, saus dan banyak lagi. Tini selalu memberinya daftar belanjaan yang panjang dan dia tidak pernah menolaknya, pria itu melangkah ke dapur. Meletakan bahan belanjaan dan menatanya di kulkas mereka, setelahnya ia meneguk setengah air dalam botol minum yang sengaja di simpan, dengan wajah lelah.
"Kenapa kebutuhan dapur kita begitu banyak!" Ia menggertu dengan wajah tidak percaya, padahal napasnya masih naik turun.
"Kau mengunyah gula-gula karet,Burhan"