Blurb
Alasan klasik permasalahan dalam kisah percintaan yang baru berawal pada orang dan keadaan baru hanyalah satu: belum bisa melupakan masa lalu.
Berlaku bagi seorang Isam Inaranti, kisah cinta masa lalu yang kandas karena dipisahkan kematian membuatnya sulit membuka hati, sampai-sampai ia mulai bertekad untuk tak menikah, dan tetap setia pada kekasihnya yang sudah tiada.
Biar baru berusia tujuh belas, pikirannya teramat matang, ia sudah memikirkan bagaimana ke depannya ia musti hidup dan bertahan. Bagaimanapun kalau sampai ia jatuh cinta lagi—ia yakin semua akan sulit.
Fajar Azmyan, baru saja lulus sebagai taruna terbaik salah satu sekolah tinggi kedinasan yang ada, bertugas dan mengabdi ke kota asalnya—Sukabumi. Kehidupan teratur yang ia lakoni tak pernah sesuai dengan keinginannya dan itu membuat kepribadian seorang Azmyan menjadi apatis, anti sosial, dan dalam urusan gadis ia sama sekali tak lagi punya harapan, sukar jatuh cinta dan paling bodoh dalam urusan asmara. Baginya cinta itu ialah racun, dinamit yang siap meruntuhkan mental seseorang, membuat orang yang candu cinta menjadi bodoh dan buta. Cinta memiliki catatan gelap dalam kamus kehidupannya.
Tapi takdir justru menuntun keduanya, garis tangan di masing-masing diri sudah memiliki dan sama, melintas. Mereka bertemu bukan karena keadaan atau kebetulan, tapi karena memang mereka musti dipertemukan agar bisa menjadi satu kesatuan.
Sulit. Yang satu masih tak bisa melupakan dan bangkit dari kenangan, sedangkan yang satu lagi begitu dungu dan polos, sama sekali tak mengerti bahwa cinta itu ialah tindakan untuk mengubah bukan hanya selalu mendampingi.