Republik Bandit

Arie Raditya Pradipta
Chapter #1

Prolog

Bangunan itu tak menarik perhatian bagi orang biasa. Penerangan kuning temaram di bagian mukanya membuat tampak fisiknya menyatu dengan kelam malam yang sudah hampir larut. Hanya tulisan dari plat tembaga berdasar cahaya lampu di samping pintu yang memberi tanda bahwa di dalamnya ada sesuatu. Meski semestinya tak ada tamu tak diundang yang berminat membuka pintu besi yang menjadi satu-satunya akses untuk masuk ke dalamnya.

“Kalian benar-benar merasa sanggup?” tanya pria yang duduk menyender di sofa dengan nada mencibir. Senyum meremehkan masih tertinggal di bibirnya setelah asap tebal cerutu dari mulutnya ia hembuskan begitu saja ke hadapan lawan bicaranya. Kedua lawan bicara di seberang meja terlihat begitu menyimak apa yang akan dikatakannya. Salah satunya yang lebih muda duduk tegak dengan canggung, begitu memperlihatkan betapa gugupnya ia berhadapan dengan pria itu.

Dengan niat mengintimidasi, Brahma memajukan badannya dari senderan. Wajahnya yang tadinya tersembunyi gelap perlahan diterangi cahaya lampu yang tergantung di atas meja. "Kalian tahu kan sindikat kita tidak pernah main-main soal kegagalan?” mimiknya pura-pura serius mengatakan ini.

“Kami serius, Brahma,” kata lawan bicara yang lebih muda dengan usaha keras memperlihatkan sorot mata tajamnya agar tampak meyakinkan.

Brahma tak kuasa menahan tawanya yang menggelegar hingga membuat orang-orang di seantero ruangan terhenti aktivitasnya dan tergerak menoleh. Mereka iba dengan lawan bicara Brahma.

Sekejap setelah tertawa, muka Brahma berubah kesal, “Kau pikir kebodohanmu dulu sudah kumaafkan, Tomi?! Kau beruntung kepolisian lebih dulu menghukummu!”

Lihat selengkapnya