Bawah tanah, di balik akar-akar busuk dan puing janji manis, berdiri sebuah kerajaan kecil bernama Republik Semut Pengerat. Negeri itu tampak megah dari luar, tapi setiap sudutnya berderak oleh lubang bekas proyek fiktif. Udara selalu berbau lem, bekas poster yang menjerit:
“Semut Hebat, Koloni Kuat!”slogan yang sama sekali tak menyembuhkan tanah yang retak.
Pemimpin koloni, Semut Agung Kepala Daerah Koloni Tengah, duduk di atas singgasana daun kering. Perutnya berlapis-lapis seperti cadangan dana yang tak pernah digunakan, dan ia jarang turun ke terowongan bawah. Katanya, udara rakyat bikin alergi keberhasilan. Setiap hari ia dikipasi oleh semut protokol, sambil menatap jajaran pejabatnya tersenyum, gigi lengket daun dan sisa anggaran menempel di mulut.
Semboyannya sakti, dihafal oleh setiap semut bawahan:
"Asal Atasan di Istana Senang, Semua Masalah Bukan Masalah."
Semut pekerja menulisnya di dinding, di kartu ucapan ulang tahun sang pemimpin, bahkan di spanduk yang jatuh berdebu di lorong.
Dalam koloni ada kasta: semut pekerja, semut pengawas, semut pencatat, dan semut pengerat. Yang terakhir, kecil tapi rakus. Mereka menggigit sedikit demi sedikit, sampai pondasi sarang keropos, namun tetap terlihat utuh dari luar.