Republik Semut Pengerat

Nawala
Chapter #4

Getaran yang Kembali

Getaran itu tidak datang sekaligus. Ia merayap perlahan, seperti rasa curiga yang mula-mula tidak diakui, lalu akhirnya tumbuh menjadi bayang-bayang di setiap lorong. Semut Hitam No. 47 merasakan tanah di bawah kakinya berdenyut lebih cepat dari biasanya, getar yang dulu hanya muncul ketika ada komando besar dari istana lama.

Tetapi kini, tidak ada istana. Tidak ada ratu. Tidak ada perintah. Lalu getaran ini milik siapa?

Di ruang pusat Dewan Tanah, para pekerja tengah membahas rencana memperluas sarang baru. Mereka bicara mengenai bahan, jalur logistik, pembagian tenaga hal-hal yang penting tapi terlalu teknis untuk dirasakan oleh hati. Di antara suara-suara itu, lantai mulai berdesir halus. Semut-semut muda saling berpandangan.

“Ada gempa kecil?” tanya satu.

“Tanah goyah?” kata yang lain.

Namun semut tua penjaga arsip menggeleng pelan. “Bukan gempa. Itu… pola yang pernah ada.”

Pola? Banyak yang tidak mengerti. Tetapi 47 mengerti.

Getaran itu bukan bencana, melainkan bahasa lama bahasa komando semut pengerat, bahasa sistem yang bergerak sendiri tanpa perlu penguasa terlihat.

“Ini sinyal koordinasi terowongan,” katanya. “Sinyal yang dulu dipakai istana untuk mengatur arus pekerja.”

“Tapi kita sudah membongkar seluruh sistem lama!” seru seorang anggota dewan.

“Tidak seluruhnya,” balas 47. “Ada bagian-bagian yang tertanam lebih dalam dari ruang istana. Bagian yang mungkin sengaja dibiarkan.”

Ketakutan menyebar.

Siapa yang meninggalkan sistem itu? Atau lebih menakutkan lagi siapa yang mengaktifkannya?

Sementara dewan sibuk berdebat, getaran itu semakin kuat di ujung-ujung koloni. Terowongan sempit yang baru digali oleh para pekerja muda tiba-tiba mulai runtuh sendiri, seakan ada sesuatu yang bergerak di bawahnya, membentuk jalur baru.

“Terowongan liar!” teriak para penjaga.

Lihat selengkapnya