Republik Semut Pengerat

Nawala
Chapter #6

Mereka yang Dijuluki Pemecah Getaran

Di pagi yang redup, ketika tanah masih menyimpan sisa pertarungan dua getaran yang lama dan yang baru. Semut Hitam No. 47 berjalan perlahan menuju pusat koloni. Ia tahu, sebelum tanah tenang, sebelum getaran memilih wajah masa depan, ada sesuatu yang harus dihadapi: bukan sekadar Semut Agung, melainkan diri mereka sendiri.

Di pintu masuk balai Dewan Tanah, para pekerja menyambutnya dengan mata berbeda. Mereka tak lagi melihatnya sebagai pembuat onar atau pemicu kudeta. Ada sesuatu yang lebih dalam; semacam kehormatan yang terasa asing di antara tubuh-tubuh kecil yang tidak pernah diajari makna kehormatan selain “patuh”.

“47,” kata semut tua penjaga arsip, “apa sebenarnya yang terjadi pada tanah kita?”

47 tidak langsung menjawab. Ia menepuk tanah di bawahnya, merasakan denyutnya.

“Tanah tidak memilih siapa yang memerintah,” katanya pelan, “tapi tanah bisa merespons suara mana yang paling jujur.”

Semut muda yang semalam tubuhnya dikendalikan getaran lama mendekat. Matanya tajam, seperti baru belajar melihat dunia tanpa kabut.

“Jadi yang jahat itu Semut Agung?”

47 menatapnya lama. “Tidak sesederhana itu. Semut Agung adalah cermin. Ia menunjukkan kepada kita betapa mudahnya kita kembali tunduk. Ia bukan musuh pertama hanya pengingat bahwa musuh terbesar selalu berada dalam pola lama yang kita warisi.”

Dewan Tanah mulai berkumpul. Mereka meminta 47 menjelaskan apa yang sedang terjadi dalam diri mereka, seperti murid-murid menginginkan guru mengurai pelajaran yang sukar.

“Dengarkan,” kata 47.

Lihat selengkapnya