Di pertemuan tiga lorong utama, sebuah daun kering menempel pada dinding tanah. Daun itu ditempel menggunakan lapisan tipis lumpur lembap yang diambil dari dinding lorong.
Lumpur ini cukup lengket untuk menahan daun, tapi tidak meninggalkan jejak siapa yang menempelkannya. Daun berada di titik paling sibuk, di mana ribuan semut pekerja melewati lorong sambil membawa makanan dan tanah. Hampir semua semut melihatnya.
Tulisan di daun dibuat dengan goresan rahang kecil, terlihat rapi dan jelas.
“Kepercayaan terhadap Semut Hitam No. 47 menurun. Rakyat mulai meragukan arah Dewan.”
Tidak ada tanggal. Tidak ada nama penulis. Tapi karena daun berada di titik yang ramai, banyak semut menerima isinya sebagai kebenaran.
47 tiba tak lama kemudian.
Ia memperhatikan daun itu dengan antena tegak, membaca setiap guratan dengan seksama.
12 berdiri di sampingnya, menatap lumpur yang menempel di dinding.
“Daun baru ini ditempel pagi tadi,” katanya. “Mereka memilih titik paling ramai agar banyak yang membaca.”
47 menyentuh tanah di bawah daun.
Permukaan halus tanda bahwa sebelumnya sudah diratakan agar daun menempel sempurna.
“Kita sudah tahu ini trik mereka,” kata 47 pelan.
“Namun tetap saja, mereka berhasil menanamkan keraguan.”
12 mengangguk, datar.