Dewan Tanah retak. Bukan retakan fisik, tapi retakan dalam kata, dalam pandangan, dalam keraguan yang diam-diam menetes ke tanah.
Sebagian anggota masih memelihara keyakinan pada 47. Mereka menatap lorong-lorong dengan harapan, namun keyakinan itu rapuh seperti daun basah yang mudah jatuh bila disentuh angin opini.
Sebagian lain mulai berhitung. Mereka menimbang berdamai dengan SKT, kelompok yang menguasai forum, selebaran, dan daun-daun strategis.
“Kalau rakyat memilih karena takut, lebih baik kita ikut,” kata mereka pelan. Kata-kata itu meluncur seperti air kotor ke akar-akarnya sendiri.
Sebagian terakhir ingin membubarkan Dewan. “Biarlah rakyat memilih sendiri,” mereka berkata. Tapi suara mereka hanyalah gema di ruang rapat yang sudah dipenuhi kabut opini.
Di luar Dewan, SKT bertasbih dengan kata-kata. Setiap daun menjadi papan pengumuman, setiap titik lorong menjadi panggung. Kata-kata yang mereka tulis tentang 47 tidak lagi netral.
“47 menolak kemajuan koloni.”