Republik Semut Pengerat

Nawala
Chapter #13

Malam Kudeta Yang Sunyi

SKT bergerak dengan senyap. Tidak ada teriakan, tidak ada benturan, hanya daun-daun yang berbaris rapi di lorong, forum-forum palsu yang selalu ramai dengan semut muda haus jawaban instan, dan selebaran yang menekankan bahwa Dewan Lamban, dan 47 berbahaya.

Setiap daun yang ditempel adalah senjata, titik-titik persimpangan terpilih dengan cermat, dekat sumber makanan, atau di jalur kerja yang paling ramai. Kata-kata itu menyerap ke antena, ke kaki, ke ingatan tubuh yang terbiasa menuruti ritme perlahan mengubah persepsi: Dewan Tanah menjadi lamban, dan 47 menjadi ancaman.

“47 menghalangi pembangunan.”

“47 ingin menguasai koloni.”

“47 tidak memahami kebutuhan rakyat.”

Bukan hanya daun. SKT menguasai jalur logistik, mengatur suplai makanan agar lorong-lorong tertentu selalu sedikit tersendat, memberi kesan bahwa Dewan gagal mengatur aliran. Forum-forum diadakan di lokasi-lokasi strategis sehingga semut muda yang lelah hanya punya waktu mendengar satu versi narasi versi yang SKT ingin mereka percaya.

Di Dewan Tanah, retakan semakin terlihat. Sebagian anggota masih memihak 47, tapi diam karena takut pada rumor, takut pada daun, takut pada pekerja muda yang setengah percaya. Sebagian lain pragmatis, bersikap diam-diam pada SKT.

“Kalau rakyat berpikir Dewan lamban, lebih baik ikut arus daripada dihancurkan.”

Rakyat bukan lagi sekadar penonton mulai menjadi alat. Setiap kata dalam selebaran, setiap forum, setiap bisik-bisik di lorong diresapi ketakutan halus. Mereka tidak sadar bahwa keraguan mereka sudah diprogram sedemikian rupa.

Di lorong sempit dekat sektor makanan, seorang pekerja muda menatap daun yang baru ditempel.

“Aku rasa… Dewan lamban, ya?” katanya pelan.

Seorang teman mengangguk, antenanya bergetar tak tentu arah, seolah menyetujui sesuatu yang baru saja diterima tubuhnya.

Lihat selengkapnya