Requiem Musim Gugur

Y Agusta Akhir
Chapter #20

Telepon Tak Terduga

Malam setelah pertemuan siang tadi, ponsel Karin berdering. Kali ini bukan Sonata pada Sinar Bulan, melainkan nadadering panggilan masuk: Symphony no. 5. Karin sengaja memilih nada dering itu karena nada pertama langsung terdengar keras dan mengejutkan.

Sejenak Karin melihat ke layar ponselnya dan ia sedikit tersentak. Mr. Misterius. “Tumben dia menelepon,” gumamnya. Kemudian, ia tekan tombol terima.

“Halo?” katanya.

“Apa kabar, Karin? Inilah aku. Orang yang selama ini menggodamu dengan SMS.”

Karin tersentak untuk kedua kalinya, mendengar pengakuan dari suara di seberang.

“Siapa kamu sebenarnya?”

“Memang sudah lama. Lima belas tahun, Karin.”

“Lima belas tahun?” Karin mengulang kata-kata itu dengan dahi berkerut.  

Ya, kurang lebih.”

“Kamu siapa? Tidak usah berteka-teki!”

Orang di seberang tertawa. “Wah, sejak kapan kamu menjadi galak begitu?”

Karin hendak mematikan ponselnya, tapi niatnya urung karena ia pikir, itulah kesempatan untuk mengakhiri ‘gangguan’ ini. ”Kenapa kamu harus melakukan semua ini?” suara Karin terdengar lebih halus.

“Hahaha… ini baru permulaan, Nona.”

Sungguh menjengkelkan! Karin ingin memakinya, tapi entah kenapa ia tak dapat melakukannya. Kemudian, terdengar suara lagi dari seberang.

“Ah, kukira kita harus bertemu, Karin.”

Karin kembali tersentak. Jantungnya berdegup keras. Bertemu dengan orang ini? Karin membatin. Ini benar-benar tak terduga, tapi bukankah itu yang diinginkannya?

“Kenapa diam?”

“Bagaimana kamu tahu tentang diriku?”

“Itu gampang. Sederhana saja, kok.”

“Bagaimana?”

“Hahaha….”

“Kenapa tertawa?”

“Tidak, Karin. Aku ingin kamu coba mengingatnya sendiri saja.”

“Hahahaha,” Karin tertawa dengan suara yang dibuat-buat, seolah hendak mengejek lawan bicaranya di ponsel.

“Mengingat apa? Aku belum tahu siapa kamu.”

“Kamu sudah tahu siapa aku. Lima belas tahun, Karin. Coba kamu tebak.”

“Mengapa kamu tidak mau mengatakannya sendiri saja?”

“Ya supaya ada sedikit usaha. Lagi pula, biar seru.” Sial! umpat Karin dalam hati.

Lalu diam. Telepon ditutup. Hening sejenak. Terlintas dalam pikirannya, lima belas tahun.

“Lima belas tahun?” gumamnya. Ia mencoba berpikir tentang angka itu, yang artinya ia harus mengingat ada apa selama lima belas tahun sebelumnya itu.

Lihat selengkapnya