Resep Cinta Dalam Doa

EdpDian
Chapter #3

Keputusan Kaira

Silfi baru benar-benar menemui putrinya setelah selang waktu sepuluh menit, ia memilih menenangkan hatinya yang terguncang lebih dulu sebelum akhirnya menyampaikan berita mengejutkan itu pada Kaira.

Di depan pintu berwarna putih tulang yang tertempel tulisan "ARA ROOM" besar-besar, Silfi menghembuskan napasnya berulang. Tangannya sudah memegang gagang pintu sejak tiga menit yang lalu. Setelah melafalkan Basmalah akhirnya mantap Silfi mengetuk daun pintu itu sebanyak tiga kali dan membukanya setelah terdengar suara nyaring putrinya dari balik pintu.

"Masuk aja Ummi, gak Ara kunci kok pintunya!" Ujar Kaira dari dalam kamar, sedikit meninggikan suaranya. Gadis itu belum beralih dari posisi duduknya, bahkan menoleh pun tidak. Hanya mulutnya saja yang bersuara.

KREKK! Disusul Silfi yang kepalanya menyembul dari balik pintu."Ummi mengganggu ya?" Dia bertanya basa basi. Barulah dia masuk dan menutup pintu lagi.

Kaira menggeleng cepat, menoleh dan menatap Silfi, kepalanya sedikit menunduk karena pandangannya terhalang oleh kacamata baca yang sudah melorot hingga menutupi hidungnya.

"Enggak kok Ummi, Ara cuma lagi baca-baca aja. Ada apa ya Ummi?"

Silfi duduk di pinggir ranjang tidur Kaira menghadap Kaira yang sedang duduk di kursi depan meja kerja.

"Emm—" Silfi mendehem panjang, ragu-ragu ingin mulai bicara.

Kaira menautkan kedua alisnya, keningnya berkerut, kemudian ia melepas kacamatanya dan meletakkannya di atas meja. "Ada apa Ummi? Ada sesuatu?" Runtun Kaira mulai curiga.

Silfi menarik napasnya dalam, wanita tua itu masih terlihat ragu-ragu. Bisa dilihat dari hembusan napas kasarnya. 

"Mmm ... sebelumnya Ummi mau minta maaf dulu sama Ara. Maaf ya sayang? Ini mungkin bakal bikin Ara kaget. Tapi, apapun yang Ara dengar dari Ummi selepas ini tolong pikirkan dulu baik-baik ya sayang?"

Kerutan di kening Kaira semakin menajam, tapi dia tetap manggut-manggut. Terdengar lagi helaan napas panjang dari Silfi. "Apa aku buat kesalahan hari ini?" Itu pikir Kaira saat ini.

"Putri Ummi sama Abi sudah dewasa sekarang. Sudah jadi dokter umum. Umurnya juga sudah 28 tahun, sudah siap buat membina rumah tangga."

Silfi lenggang sejenak. Ia menatap Kaira dalam, memindai setiap ekspresi yang putrinya tujukam. 

Tapi ekspresi Kaira masih sama. Tenang, meski juga terlihat bingung secara bersamaan.

"Tadi sebelum Ummi kesini, Abi sempat bicara sama Ummi, menyangkut Ara dan itu sudah mengganggu pikiran Abi selama satu bulan ini."

Lihat selengkapnya