Resep Cinta Dalam Doa

EdpDian
Chapter #5

IGD Gempar

"Berapa Sus?"

"140/80 dok."

Dia Kaira, yang dipanggil Sus itu rekan kerja perawatnya. Suster Indri namanya. Sedang ada pasien gastrointestinal, badan lemas karena Dehidrasi—diare dan muntah terus menerus. Wanita berusia empat tahun lebih tua dari Kaira itu baru selesai melakukan pemeriksaan tekanan darah pasien-sedang membereskan kembali alat Tensimeter.

"Ibu ada riwayat hipertensi sebelumnya?" Kaira bertanya sambil mengetuk-etuk perut wanita yang usianya jauh di atas Silfi, ibunya. "Gak kembung ..." batinnya berkomentar.

"Gak ada dok, biasanya malah rendah. Gak sampai 100 tensinta. Mentok 90/70 mmHg, kalau periksa di bu Bidan dekat rumah." Wanita tua itu menjelaskam. "Pantas dari kemarin kepala saya itu pusing dok. Lagi banyak pikiran. Tapi gimana ya, namanya manusia kan dok? Masak gak boleh mikir."

Kaira terkekeh. Dia manggut-manggut. "Tidak apa-apa. Insya Allah nanti bisa normal lagi kalau istirahatnya cukup terus patuh minum obat. Belum terlalu tinggi kok bu. Tapi juga tidak bisa diabaikan."

"Dirawat inap ya bu? Dehidrasi berat ini soalnya."

Yang diajak bicara hanya diam saja. Justru wajahnya terlihat takut-takut.

Kaira yang biasa mendapati hal semacam ini seakan sudah paham dia kembali menjelaskan. "Ibu kekurangan cairan, sampai suternya tadi buat pasang infus saja susah kan? Setidaknya semalam saja. Besok pagi jika keadaannya sudah lebih baik boleh pulang. Diare dan muntah nya juga lebih mudah ditangani jika dengan obat yang dimasukkan lewat suntikan."

"Apa bener-bener gak bisa dirawat jalan aja ya dok? Saya gak punya uang buat bayarnya kalau harus mondok (dirawat)," keluh si pasien jujur.

"Ibu ada asuransi atau bantuan kesehatan dari pemerintah?"

"Ada, bantuan dari tempat kerja almarhum suami. Tapi sudah lama dok, sudah tiga tahun lalu. Gak tau masih hidup apa enggak."

Kaira bisa melihat kekhawatiran itu, terlihat jelas sekali. Ia berdehem cukup panjang, berpikir sebelum kembali berujar.

Lihat selengkapnya