Resep Cinta Dalam Doa

EdpDian
Chapter #6

Perkara Mie Ayam

"Mie ayam please ... mie ayam." Harap-harap cemas suster Indri menangkup kedua tangannya di wajah. Seperti sedang melantunkan mantra betajuk doa.

Kaira terkekeh. Mereka sedang dalam perjalanan—berjalan beriringan menuju kantin rumah sakit. Akan makan siang, tenaga mereka sudah terkuras habis untuk menangani delapan belas pasien dengan kasus yang beraneka ragam, dalam kurun waktu lima jam. Sadis betul kan? Ini perdana dalam sejarah semenjak Kaira bekerja di Saida Hospital.

Mungkin jika ini rumah sakit umum tidak heran. Itu bahkan bisa dibilang sedikit. Tapi tolong garis bawahi, Saida Hospital itu background-nya Rumah Sakit Khusus Jiwa. Meski menerima pasien umum tapi tidak akan sebanyak itu. Ada rumah sakit umum baik Negeri maupun suwasta yang fasilitasnya lebih memadai.

Biasanya paling banyak sepuluh sampai lima belas, itupun baru tiga kali jika Kaira ingat-ingat. Seringnya, lima sampai delapan pasien di semasa Kaira berjaga. Pernah sekali hanya satu orang itu jaga di pagi hari. Malam hari justru lebih ramai dari pagi. Puncaknya sore hingga jam sepuluh malam.

Untuk makan siang dan malam selain hari minggu, pihak rumah sakit memang menyediakan makan gratis di kantin rumah sakit. Ahli gizi rumah sakit langsung yang menangani. Itu kebijakan rumah sakit demi kesejahteraan pekerjanya. Katanya.

Terkadang menu makanannya memang tidak terduga. Sate lilin misalnya, pernah juga steak. Tapi satu tahun Kaira bekerja di sini rasanya kok belum pernah ada menu mie ayam di kantin rumah sakit. Terlebih mie ayam ala suster Indri dengan saos bantal juga sambal yang melimpah. IMPOSSIBLE.

"Apapun makananya disyukuri aja sus Dri. Berkah itu, kasian kalau dicela apalagi dianggurin—"

"Nanti kalau nasinya gak dimakan, ayamnya kejepit pintu gitu dok. Helehh ... lagu jadul itu dok. Sudah khatam saya waktu bayi," lalu dia mencibir.

Kaira terkekeh, dia bersedekap di tengah jalannya. "Lah memang suster Indri punya ayam? Katanya rumahnya di gang sempit?"

"Gang sempit sebelah kalen dok." Ia mengoreksi. "Ayo makanya main tempat saya dok! Biar tau, rumah saya nangkring di pinggiran kalen. Dijamin terasa nostalgia masa kecil."

"Dikasih apa kalau saya main ke sana sus? Bukan mie ayam ala suster Indri kan?" Kaira menggoda. Yang digoda spontan merengut. "Ya enggak no. Yang enak gak ikhlas saya bagi-bagi. Nanti saya kasih soto isi toge. Gimana ..." ujar suster Indri balik menggoda. Kaira paling tidak suka soto, terlebih sayuran yang bernama "toge" atau kecambah. Nauzubillah, terbayang saja sudah membuat bulu kuduknya berdiri.

Lihat selengkapnya