Malam harinya Kaira dinas, patner kerjanya suster Indri dan Suster Linda minus dokter Andi karena shift malam memang cukup dengan satu dokter jaga, tapi perawatnya ada tiga ditambah suster Tere yang sekarang belum datang. Jadi karena kerja dengan konco kelet (teman akrab) jadi sesi dinas Kaira hanya dipenuhi canda, tawa dan kebahagiaan. Kesampingkan masalah hidup yang penuh tanda tanya.
"Eh dokter Ara ... eh yang habis cuti. Cerah betul mukanya." Baru juga Kaira datang sudah di serang saja oleh suster Linda di ruang khusus karyawan (tempat menyimpan barang bawaan).
"Iya dokter Ara enak bisa ambil cuti labasan. Kapan aku dapet cuti kaya gitu ya?" timpal suster Indri. Baru datang sudah diserang saja.
"Yo nak arep libur ki yo dijupuk jatah cutine to sus. Cuti kok di awet-awet." (Ya kalau mau libur ya diambil jatah cutinya dong sus. Cuti kok di awet-awet)
"Sayang mau diambil Sus, takutnya tahun ini ada yang ngelamar saya kan repot kalau sudah habis."
"Heleehhh ... dokter Andi yang mau lamar? Saya dukung kalau itu."
Suster Indri merengut, wajahnya sudah dilipat-lipat. Puas menggoda suster Indri, atensi suster Linda jadi berpusat pada Kaira. "Memangnya ke tunangan nya siapa to dok? Si Ila?" Ila, sepupu Kiara memang usianya satu tahun di atas Kaira.
Kaira sudah siap dengan jas dokternya, hari ini outfitnya hanya gamis dan kerudung segi empat menutup dada. Ipad dan ponsel juga sudah dikeluarkan dari dalam tas sebelum loker dikunci dan kuncinya dia kantongi. Satu karyawan punya satu loker pribadi, itu salah satu fasilitas rumah sakit.
"Suster tau dari mana kalau saya cuti karena datang ke tunangan."