Resep Cinta Dalam Doa

EdpDian
Chapter #18

Tuhan Apa Lagi Ini?

Cobaan datang bukan diperuntukkan pada hambanya yang lemah, tapi pada hambanya yang menginkannya.

Dia datang pada orang-orang yang meminta sesuatu pada Tuhan dan Tuhannya berencana memberikan dan mengabulkan doa itu melalui jalan menuju ke sana—cobaan.

Belum genap 24 jam bendera kuning itu berkibar di kediaman nenek Kaira. Kini berkibar juga di kediaman Bian—ayah Fariz. Lina meninggal dunia dan kabar itu sampai ke telinga Kaira setelah satu jam lebih Fariz hilang dari pandangannya dan pandangan semua orang di kediaman nenek Kaira.

Saking kagetnya Kaira sampai tidak sanggup mempertahankan kesadarannya.

"Dimana mas Bian sekarang pakde?" Kaira bertanya panik setelah ssmpai rumah duka. Baju kusut, wajah pucat, kerudung sudah tak jelas bentuknya—miring sana sini. Nasib baik auratnya masih tetap terjaga, dia bahkan lupa pakai sandal, hanya kaos kaki sebagai pelindung kakinya.

Sama persis seperti kedatangan Fariz tadi, bedanya Fariz masih pakai sandal dan tidak panik melainkan dengan wajah datar bin garangnya.

Albi dan Silfi yang berusaha mengimbangi langkah Kaira napasnya tersenggal-senggal, keringat sudah membanjiri kening.

Pakde Rian melirik Fariz yang sedang duduk bersimpuh di sisi tubuh Lina yang terbaring kaku dengan selendang batik menutupi seluruh tubuhnya.

Tanpa pikir panjang Kaira mendekat. Dia usap punggung renta suaminya, tapi tidak ada respon. "Mas ..." Kaira memanggil, tapi Fariz tetap bungkam, kepalanya menunduk dalam.

Entah keputusannya benar atau salah tapi Kaira memilih mundur—menghindar untuk memberi waktu Fariz sendiri dulu.

"Saya juga gak tau kronologi aslinya Ustad, saya tau-tau posisinya Lina sudah selesai dikafani di rumah sakit. Bian belum tau kondisi Lina yang meninggal ini karena kondisinya juga lumayan parah, tangan sama tulang hidungnya patah. Sekarang lagi di operasi ditunggu istri sama anak saya. Saya mau tanya Fariz juga gak tega." Pakde Rian melirik Fariz lagi, lalu menatap Kaira yang sekarang sudah kembali berada dalam pelukan Silfi. "Dari tadi suamimu cuma diem aja nok (nak). Ditanya juga diem, ya yang kaya kamu lihat sekarang ini."

Lihat selengkapnya