Resep Cinta Miri

Mozze Satrio
Chapter #4

Bab 4

"Lu tahu nggak sih arrabbiata artinya 'marah'?" Kemal membeberkan fakta di tengah meja, sambil melahap penne yang memenuhi piringnya.

"Masa sih, Mal? Gue kira arrabbiata artinya mewek," balas Jihan, melirik ke arah Miri.

Ia sibuk menghapus ingus yang terus mengalir dari lubang hidung. Wajahnya yang bulat tampak merah merona seperti tomat, dengan gumpalan tisu yang menumpuk di meja. Ibu Miri tampak khawatir, memberikan lembaran tisu setiap kali puterinya kelabakan dengan sensasi pedas yang melapisi mulutnya.

"Ada yang kepedesan tuh," goda Jihan sambil melagu.

Kemal merapatkan bibir, menelan kembali tawa yang hampir melompat keluar dari kerongkongannya. Bersama Jihan, ia terus menggoda Miri yang lemah dengan makanan pedas.

"Perasaan tadi ada yang semangat banget mau makan masakan gue. Saking enaknya, lu sampai terharu, Mir?" tanya Kemal, yang mendapat lemparan tisu bekas tepat di wajah. Jihan terkekek dan mengisi penuh sendoknya dengan suapan terakhir.

"Orang bilang sih makan pedas itu baik untuk melepas stres," tambah Jihan.

"Masalahnya tuh ... ini pedas ... terus pakai minyak," balas Miri sambil mendesah pelan. Ia mengipas-ngipaskan tangan di depan wajahnya yang terasa panas. "Jadi, minyaknya ngelapisin mulut, Mal."

"Minyaknya juga dikit kali. Kalau nggak pakai minyak, bawangnya nggak mateng dan aroma cabainya nggak keluar," ucap Kemal membela diri. "Sebagai chef masakan Italia, lu harus belajar menikmati semuanya, Mir. Lu juga bakal masak ini pas katering nanti."

"Bener juga!" sambung Jihan. "Kalau lu nggak makan ini, gimana lu bisa ngatur level pedesnya pas katering nanti!"

"Nah!" Kemal berseru, mengacungkan sendoknya ke arah Miri yang memasang wajah kusut. "Itung aja sebagai latihan."

Ibu Miri bangkit dari duduknya, menghilang ke dapur untuk sejenak mengambil sekotak susu dingin. Langkahnya berderap, buru-buru menyodorkan minuman itu kepada puterinya. Miri menancapkan sedotan, menyeruput susu dalam-dalam. Cairan dingin itu meredakan rasa panas di dalam mulutnya untuk sementara.

"Gue nggak tahu bakal sepedas ini," Miri beralasan dengan suara sengau. Ujung hidungnya mulai merah.

Lihat selengkapnya