Resep Cinta Miri

Mozze Satrio
Chapter #12

Bab 12

Seorang cameriere, si pelayan restoran, berhenti di depan meja dua pria bersaudara itu. Ia menawarkan dua jilid buku menu kepada setiap penghuni meja. Satu tangannya meletakkan sekeranjang roti di tengah meja, sementara yang lainnya menggenggam kertas catatan yang tersembunyi di telapak tangan. Wajahnya berseri, dengan suara lantang

“Selamat malam. Anda sudah siap untuk memesan? Saya Jihan akan menjadi pramusaji Anda hari ini,” sapa wanita itu dengan suara jernih. “Bila ini pertama kalinya Anda datang ke Nero&Bianco, izinkan saya merekomendasikan menu favorit pengunjung kami.”

“Sebenarnya, kami sudah mencicipi masakan para chef restoran ini minggu lalu,” balas Seno Narendra ramah. “Kami dari Arkate.”

Dari balik buku menunya, Arman Arkani menggeleng-gelengkan kepala. Terkadang, ia tak tahan dengan tingkah sang kakak yang tak melewatkan kesempatan untuk menyebutkan nama perusahaan ke manapun ia pergi. Meski tak ingin menyepelekan posisinya sebagai seorang CEO, seharusnya mereka bisa bersantai sebagai kakak beradik yang menghabiskan waktu bersama selepas kerja, pikir Arman.

Jihan terkesiap, lalu dengan cepat mengendalikan dirinya. 

“Arkate! Saya turut membantu untuk katering hari itu,” ucap Jihan dengan wajah sumringah. “Maaf jika saya tidak mengenali Anda.”

Seno Narendra melambaikan tangannya.

“Tidak apa-apa. Saya tahu kalian pasti sibuk bekerja semalaman,” balasnya. “Saya berjanji kepada para chef akan mampir ke restoran. Setelah hari jadi itu, saya buru-buru memesan tempat.”

“Anda sungguh beruntung! Biasanya kami sangat sibuk di akhir pekan.”

“Saya sempat berpikir hal yang sama–”

“Oke, bisa pesan sekarang, nggak? Gue laper banget,” sela Arman ketus, mengirimkan sinyal kepada sang kakak untuk berhenti beramah-tamah barang sejenak. Ia tak menghiraukan air muka Seno yang menatapnya keheranan. “Saya nggak tahu apa yang enak. Ada rekomendasi?”

“Karena ini malam pertama Anda di restoran kami, saya dapat menyarankan antipasto yang ringan seperti bruschetta dengan topping potongan tomat yang segar. Aroma campuran bawang putih dan minyak zaitun dibalurkan pada roti, yang kemudian dipanggang sempurna,” Jihan menjelaskan. “Gigitan pada roti panggang yang renyah bisa membangkitkan selera makan. 

Atau jika Anda lebih suka hidangan pembuka dengan tekstur lebih lembut, kami menyajikan crostini dengan pate hati ayam, yang dimasak dengan sayuran hingga teksturnya lembut. Biasanya, hidangan ini menjadi favorit juga bagi mereka yang lebih suka hidangan gurih.”

“Kayaknya gue mau makan berat untuk pastanya. Gimana kalau bruschetta aja?” Arman mendongak dari buku menunya, yang dibalas dengan anggukan oleh Seno Narendra.

“Untuk antipasto kami mau bruschetta al pomodoro aja, biar nggak terlalu kenyang,” ucap Seno Narendra, yang segera dicatat oleh sang pramusaji. “Untuk hidangan utama, apa ada menu seafood?”

“Ada, Pak. Anda bisa mencoba spaghetti allo scoglio dengan tiram, udang dan cumi-cumi. Rasanya gurih dengan aroma bawang yang dimasak bersama minyak zaitun. Selain spaghetti, ada pilihan linguine juga sebagai varian pasta lain. Tipe pasta ini cocok juga dipadukan dengan seafood yang kaya rasa, sehingga Anda bisa lebih menikmati sausnya,” Jihan menjelaskan. “Atau jika Anda lebih suka tiram, bisa mencoba spaghetti alle vongole.

Seno Narendra mendengarkan kata-kata Jihan dengan seksama sambil mengusap dagunya, tampak serius berpikir. 

“Sepertinya spaghetti allo scoglio lebih menggoda saya,” ujarnya. “Untuk pastanya saya coba pakai linguine, ya.”

Jihan mengangguk dan mencatat pesanan. 

“Bagaimana dengan Anda, Pak?” ia beralih pada Arman yang telah menutup buku menu, bahkan sebelum Jihan selesai bicara.

“Saya penne all'arrabbiata saja. Yang kemarin saya makan waktu acara kantor enak banget,” balas Arman cepat.

“Baik. Penne all’arrabbiata versi restoran kami ada dua macam, yaitu dengan sosis atau tuna. Mungkin Bapak mau mencoba–”

“Nggak usah tawarin saya variasi. Sama seperti kemarin aja.”

Lihat selengkapnya