Resep Cinta Noni Kaca

Mambaul Athiyah
Chapter #4

Humanum Agriculturaque Saluti #4

Hari saat Mbus tersedak dan pingsan merupakan adegan awal dari seluruh keanehanku yang kian nyata. Tulisan antah berantah yang tetiba muncul di lahan kosong itu serta pingsannya Mbus membuat hidupku tidak lagi biasa. Tepat saat Mbus terbangun setelah kubawa dia ke rumah dan menyelimutinya dengan selimut nenek dia membuka mata. Tetapi ... mulutnya berbusa, dia terbatuk lalu batu kecil sebesar kelereng keluar dari mulutnya.

"Ya Allah, Mbus. Kamu memakan kelereng? Pantesan kesedak dan ek," kataku menggodanya. Mengambil batu itu lalu mengamatinya lamat-lamat. Kugosok sebentar kemudian memandangnya lagi. Dan batu itu bersinar. Dalam sinarnya yang terang sebuah ruh datang menjelma menjadi manusia.

"Aaa ... Siapa kamu?" tanyaku sambil kejengkang ke belakang. Aku menggosok mataku. Tak mungkin? Adegan ini persis seperti Jinnie in the bottle yang keluar menampakkan diri. Ah, atau seperti Alibaba yang keluar dari gelas antik.

"Mbus, tolong aku," teriakku dan menoleh ke arah dimana tadi Mbus tertidur.

Anehnya, Mbus telah pergi dan menghilang.

***

"Hai," katanya menyapa sementara aku berdiri masuk ke dalam celah lemari dan ranjang di kamarku. Berusaha menyembunyikan diri tapi ketahuan. Tatapan matanya melongok tubuhku yang terjepit lalu tertawa terbahak-bahak.

Lelaki dewasa itu kemudian duduk di atas ranjangku menimbulkan suara berdecit dari pegas di bawahnya.

"Ini namanya apa? Kenapa empuk sekali?"

Ya Tuhan. Dia makhluk dari mana? Kenapa dia tidak mengenal kasur?

Aku memberanikan diri keluar lalu mengamati matanya lekat. Mata itu, bulat dan agak biru seperti mata ... Mbus.

"K-kau ... Cumulunimbus?" tanyaku.

Pandangan mata lelaki itu menatapku balik. Kami saling bertatapan lalu ... dia memegang tanganku.

"Aku Albani. Bukan Mbus, apalagi Cumulunimbus." Dia berdiri dan menarik tubuhku hingga menempel di tubuhnya. Oh tidak.

"Hei. Jangan kurang ajar sama anak kecil," protesku sambil memukul meronta-ronta. Lalu ... masih sambil mendekapku dia menoyor dahiku.

"Padat berisi, mana ada anak kecil sepertimu?" Dia berkata tak sopan lalu melepaskan pelukannya.

Aku terkesiap. Dasar cabul! Padat berisi apaan? Berani-beraninya dia memperolok anak kecil kalau kulaporkan ke polisi pasti dia ditangkap.

Eh, tapi ....

Aku memegang bagian dadaku, merabanya dan ....

Aarggh!

Aku berlari ke arah cermin di samping jendela atas dan melongo melihat wajahku. Kemudian tubuhku limbung dan gelap.

Lihat selengkapnya