Dokter...
Ia bagai bintang yang berkilauan, tapi tak kuasa tuk digapai. Namun sinarnya yang menyapa bumi, adalah sebuah harapan bahwa hanya kekuatan yang dapat menyentuhnya. -- Salman Adiputra
***
Ranai, Oktober 2019
Salman mengendarai mobil dinasnya yang berwarna hitam. Ia baru saja kembali dari dermaga Penagi, tempat pompong, sejenis kapal motor, merapat dari pulau-pulau kecil di sekitar Ranai. Lelaki muda itu baru mengelap tangannya yang penuh dengan serbuk putih, setelah melepaskan sarung tangan berbahan latex. Membantu proses pelahiran bayi seorang ibu, yang mengalami pembukaan lengkap sesaat setelah pompong menyentuk bibir dermaga. Bayi dan ibu pun selamat, dan dijemput oleh ambulance yang berada di depannya, menuju ruang rawat RSUD.
Kini di hadapannya tampak kelap-kelip lampu mobil ambulance yang parkir di depan Instalasi Gawat Darurat, menembus kelam malam. Sunyi, kecuali suara jangkrik yang terdengar dan bunyi tokek mengetuk-ngetuk dinding. Di dalam mobil tampak sibuk beberapa orang perawat dan bidan menyiapkan seorang pasien untuk diturunkan dengan brankar, menuju ruang periksa PONEK, suatu ruangan untuk pelayanan kegawatan kebidanan dan janin. Pasien perempuan muda yang tergeletak di atas sejenis tandu itu mengeluh dan berteriak kesakitan, sambil memegang puncak perutnya yang besar. Dia ingin melahirkan janin yangdikandungnya. Perasaannya antara hidup dan mati.
Meski tak mendekat dan tak menyaksikan pemandangan yang membuat perih itu, radar pikiran sekaligus hati Salman mulai merasa mengenali sosok perempuan itu walau hanya terdengar erangan rasa sakit mendalam yang sayup-sayup. Tapi, ia urung mendekati IGD, dan memutuskan untuk merebahkan tubuh dan merilekskan pikirannya yang letih.