Mereka kemudian melanjutkan membahas soal demi soal. Sampai menjelang sore pukul empat, mereka antusias dan bersungguh-sungguh belajar. Lima belas menit terakhir mereka isi dengan tanya jawab. Salman memimpin memberikan pertanyaan sejarah nasional, dengan secepat mungkin, dan dijawab oleh Hamidah yang memang menguasai dengan baik. Khairul tersenyum melihat tingkah mereka.
“Seperti sirih bertemu pinang”, gumamnya.
“Siapakah nama pengetik teks proklamasi?” tanya Salman.
“Sayuti Melik.”
“Organisasi Boedi Oetomo didirikan oleh mahasiswa pergerakan di Indonesia pada tahun 1908 yang dipelopori oleh?”
“Dokter Cipto Mangunkusumo.”
“Presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatan presiden terakhirnya pada tanggal?”
“21 Mei 1998.”
Riuh rendah pertanyaan dan jawaban dari Salman dan Hamidah cukup menghangatkan suasana. Meski serius mengikuti latihan, gelak tawa dan tunjuk menunjuk hidung tak lepas dari mereka bertiga. Saat Hamidah terlambat menjawab atau salah menjawab pertanyaan, Salman menggeleng-gelengkan kepalanya. Tepat pukul empat lewat sepuluh menit, mereke menyudahi kegiatan itu. Mereka akan melanjutkannya setiap sore hingga masa lomba tiba.
Arul lebih dahulu berpulang. Sambil berjalan di lorong ke arah pintu keluar sekolah, Salman dan Hamidah kemudian sedikit berbincang tentang peluang apakah mereka akan menang atau tidak.
“Jangan lupa cake-nya dimakan segera ya, Midah,” pinta Salman.
Kue khas Tanjung Pinang itu sudah hampir seminggu berada di kulkas kecil di rumahnya. Bergabung dengan adonan kue kernas yang dibuat oleh Nuraini.
“Maaf, kalau sedikit tercium aroma ikan tenggiri,” tambahnya.
Hamidah mengiyakan. Dia juga tak sabar untuk menikmatinya di rumah.
Seorang lelaki paruh baya sudah menunggu Hamidah dari luar pagar sekolah. Dia duduk di atas motor jenis bebek, Honda Revo berwarna hitam. Berkacamata hitam, berkaos oblong, dan celana jeans selutut yang berwarna biru. Ia berteriak dari luar pagar. Memanggil Hamidah agar lebih cepat keluar sekolah. Tatapannya pun terlihat serius memandangi Salman.