Babak kedua semifinal juga berhasil mereka menangi setelah mengungguli SMAN Pulau Tiga lewat kompetisi sengit. Tahun-tahun sebelumnya SMA itu berhasil masuk ke semifinal, namun tahun ini gagal di tangan tim Salman. Di babak final Salman akan bertemu tim SMAN 1 Ranai. Kali ini jawaban terakhir mereka mengenai sejarah Melayu Kepulauan Riau menjadi penentu kemenangan, melalui Arul. Semua bertepuk tangan menyaksikan kemenangan Salman dan kawan-kawan, termasuk keluarga Hamidah.
“Selamat ya, Nak!’ ujar salah satu keluarga Hamidah penuh semangat.
“Semoga kalian menang di babak final dan lanjut ke Tanjung Pinang, ya Salman!” ungkap ibunda Hamidah sambil menyalami Salman.
“Terima kasih, Mak Teh. Amiin ya rabbal alamin,” jawabnya penuh riang.
Babak final pun dimulai siang hari pukul satu. Sorak sorai para pendukung peserta menggema di dalam aula. Terdengar pula teriakan dari mereka yang gembira. Riang sambil mengepalkan tangan kanan ke atas. Berbalas-balasan.
Sedanau! Sedanau! Ranai! Ranai!
Jamalia, ibunda Hamidah, terus memompa semangat putrinya dan tim dari arah kursi penonton. Termasuk Pak Anwar, terus berkomat-kamit. Melanjutkan doa-doa agar anak didiknya itu diberi kemenangan. Beliau mengacungkan dua jempol.
Babak pertama berhasil dibabat habis oleh tim Salman. Hamidah yang berada di sisi kanannya, dan Arul di sisi kirinya, tak henti-hentinya mengucapkan hamdalah. Jantung mereka berdegub kencang. Sesekali keringat mereka pun mengucur deras. Semangat mereka bertiga membara. Bertanding melawan tim SMAN 1 Ranai yang setiap tahun menjadi langganan sebagai pemenang. Optimisme Salman dan tim selalu muncul untuk memicu semangat. Mereka tak boleh kalah.
Tim Ranai juga berhasil mengumpulkan nilai sempurna untuk setiap pertanyaan yang diberikan di babak pertama. Nilai tim Ranai bersanding, serupa dengan tim Sedanau, 800 – 800. Tim Salman mulai berdebar-debar, namun Salman selalu mengajak mereka untuk selalu tenang. Fokus kepada pertanyaan jika masuk babak rebutan. Memasuki babak rebutan, jantung mereka kembali memacu lebih cepat. Tangan mereka bertiga sudah siap, bertumpuk di atas bel. Sembilan pertanyaan diajukan di babak rebutan itu.
“Perang Jawa pada abad kesembilan belas, dikenal juga dengan Perang Diponegoro. Perang diakhiri dengan kekalahan para pahlawan dari Jawa Tengah. Pada tahun berapakah perang dimulai?”
“1825!” jawab Hamidah secepat mungkin. Tepuk tangan pun menggema.
“Raja Haji Ali pada tahun 1847, menulis karya di Pulau Penyengat, yang berisi nasihat dan petunjuk hidup dalam jalan agama Islam. Nama karya beliau berjudul apa?”
“Gurindam 12!” jawan tim Ranai. Tangan mereka lebih memencet bel daripada Arul.
Tim Salman tampak kecewa. Arul merasa bersalah. Tetapi Salman dan Hamidah mencoba menenangkan. Nilai kedua tim kini draw, 400 – 400. Pertarungan sangat sengit, sehingga pertanyaan terakhir menjadi penentu kemenangan. Akan mewakili Kabupaten Natuna ke tingkat Provinsi Kepulauan Riau dua minggu mendatang, di Tanjungpinang. Wajah kedua tim menegang. Salman merasakan dinginnya telapak tangan Hamidah yang berada di bawahnya, juga Arul. Dicengkeramnya erat.
“Taj Mahal adalah bangunan bersejarah yang dibangun pada jaman kejayaan Dinasti Mughal di Agra. Shah Jahan yang merupakan cucu dari raja Akbar dan putra dari raja Salim, memerintahkan untuk membangunnya. Sejenis bangunan apakah Taj Mahal itu?”
“Makam istri Shah Jahan!” jawab Salman sambil berdebar-debar.