RESILIENSI

Asroruddin Zoechni
Chapter #25

RAHASIA EMAK Bagian Dua

Salman menyempatkan diri pulang menemui Nuraini, sebelum memulai kepaniteraan klinik dua minggu ke depan. Setelah masuk program profesi dokter itu, kemungkinan besar dia akan jarang pulang, bahkan berlebaran di rumah sakit. Dirinya akan resmi dipanggil Co-**s, co-**sistant. Salman tertinggal satu semester dari masa studi yang seharusnya. Namun, dia berusaha keras melewati satu demi satu modul yang membuatnya gagal lulus tepat waktu.

Jangan sampai terulang untuk kedua kalinya

Salman menemui ibunya yang terbaring lemas di kamar. Wajah Nuraini agak pucat. Mukanya tirus. Penyakit kanker yang menggerogoti tubuhnya terus menerobos pertahanan tubuh. Berat badannya turun drastis.

“Mak, kenapa lah ndak mau ikut saran dokter? Kita lakukan kemo di Batam saja yang dekat. Sedih Salman tengok kondisi Mak macam ni,” ungkap Salman dengan penuh iba.

Salman bertambah sedih di dalam hatinya. Di Modul Reproduksi dan Hematologi Onkologi yang telah dia lewati, Salman paham betul. Meski pada kanker sudah dilakukan pengangkatan rahim secara total atau radikal, perlu dilanjutkan dengan kemoterapi beberapa kali. Nuraini sudah menjalani operasi itu, namun menolak untuk dilakukan kemoterapi karena harus bolak balik ke Batam atau Pekanbaru. Untuk tinggal di kota itu juga harus butuh biaya besar. Hasil pemeriksaan dokter spesialis kandungan di RSUD Ranai, termasuk dari hasil pemeriksaan jaringan kanker, Nuraini dinyatakan mengalamai kanker serviks stadium IIIb. 

Nuraini bangun dari posisi baringnya. Lalu bersandar di kepala dipan, sambil meringis, menahan sakit. Memegang pinggang kanan dengan tangan kanannya, dan perutnya bagian bawah. Operasi yang telah dijalaninya tiga bulan lalu, masih menyisakan nyeri di dekat luka operasi meskipun sudah jauh berkurang dibanding sebelumnya.

“Sudahlah, Salman. Emak sudah baik setelah dioperasi. Emak di sini saja. Kasihan nanti adik-adikmu tak ada yang mengurus.”

“Mereka kan sudah besar-besar, Mak. Dayah bisa ngurus Bukhari, Mak.”

“Iye, tapi kan Dayah mau ujian dua bulan lagi. Katanya mau persiapan juga kuliah di IAIN di Ranai.

“Atau, Salman cuti saja ngurus Emak dulu sampai selesai kemo?”

“Tak payah, Salman. Sayang kalau kau cuti lagi. Nanti semakin jauh kau ketinggalan dari teman-temanmu.”

“Tapi kan, Salman ndak tenang kalau meninggalkan Emak seperti ini,” ungkap Salman penuh perasaan cemas.

“Insya Allah, Emak baik-baik saja, Nak. Emak sering minum jus mengkudu untuk membantu membunuh sel kanker ini.”

“Tapi kan pahit sekali, Mak?”

“Taka pa-apa, Salman. Pahit seringkali harus kita rasakan untuk tahu bedanya dengan rasa-rasa yang lain. Apalagi hidup kita dari dulu berganti-ganti rasanya.”

Nuraini memang mengalami dilemma. Ingin rasanya dia sembuh total, namun kondisi sangat tidak memungkinkan. Salman pun demikian. Ingin dia merawat ibunya sampai sembuh. Namun, tugas sebagai mahasiswa harus diselesaikannya dengan cepat agar tak mendapat pinalti dari PEMDA Natuna.

“Emak harus sering kabarkan Salman kalau ada apa-apa, ya. Salman bisa ijin nanti dengan pembimbing di rumah sakit atau dari fakultas.”

Nuraini mengangguk, dengan senyum tipisnya. Berhias sebuah tahi lalat kecil di pipi kiri. Tersenyum, tetapi ada yang tampak disembunyikan dari balik parasnya yang selalu berbinar meski pucat.

“Kau masih kerja kah di kantor properti?”

“Masih, Mak. Tapi tak sekeras dulu waktu masih kuliah di tingkat tiga. Salman menyesal, tak bisa mengatur waktu dengan baik. Salman janji tak akan mengulanginya lagi, Mak.”

“Alhamdulillah. Kau sudah dewasa. Bentar lagi jadi dokter. Jadi memang harus pintar mengatur waktu kau. Emak tak larang kau bekerja, tapi pendidikan kau yang lebih utama.”

“Tabungan Salman ada sedikit, Mak. Untuk biaya hidup selama co-assisten nanti. Tapi belum cukup untuk uang asap untuk Hamidah,” ujar Salman sumringah. Mukanya merah merona tiba-tiba.

Mendengar nama Hamidah disebut, Nuraini terbatuk-batuk. Merasa tersedak. Salman segera mengambilkan minum.

“Kenapa, Mak? Mak baik-baik saja?”

“Tak ape, Nak. Gatal saja tenggorokan ni.”

Lihat selengkapnya