Resilitan

M. Fagih Alhafizh
Chapter #6

Chapter 4: Operator Baru di Resilitan

Waktu 12:00 01-01-52NT, atau lebih tepatnya 18980 hari kalender bencana yang memakan banyak nyawa yang telah tiada. Pergi dari dunia yang beschädigt, persis seperti tawanan yang memakan materi busuk, teman yang akal sehatnya telah hilang, rohnya telah cabut. Tepat kedua bintang itu berada di tengah-tengah dunia ini, seperti mengejek kepada makhluk hidup yang hanya bisa bertahan dan dalam ukuran materi terasa kecil dibanding dengan gelombang yang mempengaruhi badan dan mental yang mulai membusuk seperti bangkai hewan yang telah tiada 1 minggu lalu, dari bintang tersebut. Di mana dunia yang hancur akan amukan alam yang membuat semua makhluk hidup yang mencoba bertahan dari serangan gelombangnya yang tak kasat mata dan setan-setan di setiap diri manusia yang tak pernah merasakannya tapi terus mencoba mengusik dan mencari celah dan pembelaan yang tanpa dasar. Landship, atau tepatnya kejadian yang membuat sejarah Resilitan, hawa dan situasi persis seperti pedang yang akan dihunus kepada ksatria dari raja yang menentukan hidup dan matinya. Bunyi jam dan ketukan pena setiap 0,5 detik itu tak bisa lepas oleh para penguji itu memakan kesunyian di dalam ruangan yang menentukan sebuah takdir atau kertas yang belum tercoret oleh tinta ataupun noda. Dari salah satu gadis yang bernama Lunae, dia-

(Hmmm bagus juga kalau gayanya dimasukin novel, eh?! Kelupaan. Maaf ya aku iseng nyoba gaya bahasa baru. Tenang kok, sekarang udah normal. Danke! -author)

Lunae yang sedang duduk merasa grogi dan sedikit takut. Ia kemari diantar oleh Carius dan sekarang Carius lagi di luar. Ya, pasti dia bukan penguji. Dan Lunae duduk sendiri berhadapan dengan 1 penguji yang bernama Desmon T³. Dia adalah inspektur yang menguji dan memutuskan kandidat operator. Dia ini seorang manusia biasa, dengan ciri rambut berwarna putih dan pasti dia sangat suka bermain catur. Tapi kali ini, dia menatap kertas itu lama dan sekali-kali melihat Lunae dan kembali ke kertas itu.

“Ehhh, Pak, jadi-”

“Apa saya menyuruhmu berbicara?”

“T-tidak…” sembari Lunae menatap lantai. Ia terlalu takut menatap mata penguji Desmon.

“Bagus, sekarang diam dan tunggu keputusanku.”

Setelah beberapa detik kemudian.

“Hadeh… Miss Lunae, apa aku bisa bertanya sesuatu?”

“I-iya.”

“Apa kamu beneran bersedia menjadi seorang operator?”

“Iya, aku bersedia.”

“Boleh saya tanya alasannya?”

“Ini karena aku korban insiden Broken Glass, dan kata Carius aku juga memiliki potensi yang besar juga.”

“Hmmm, aku sedikit kaget saat kamu kemari dengan Carius dan dia sendiri yang mengajakmu. Padahal kamu masih lumayan baru di sini. Jadi… aku bisa memasukkanmu ke calon operator. Tapi aku tanya sekali lagi.”

Desmon menatap mataku dengan tatapan yang sangat tajam dan dingin.

“Apa kau siap?”

Perkataannya seperti penentu. Apa aku siap? Apakah aku yakin? Tidak ada waktu untuk tidak yakin.

“Aku siap.”

Desmon menatapku lagi, tapi kali ini matanya melembut dan ekspresinya juga.

“Bagus, itu yang ingin kudengar. Nadamu yang tegas berarti kamu siap. Selamat datang, calon operator, Lunae Pulchra.”

Lunae yang mendengar itu sangat senang. Ia diterima!. Setelah beberapa saat, ia keluar dari ruangan dan melihat Carius yang duduk diam sembari memainkan rubik di tangan kanannya.

“Carius, aku selesai.”

Tanpa menoleh, Carius menjawab sembari menyelesaikan rubik itu.

“Bagus, selamat Lunae.”

“Ini semua berkatmu.”

“Tidak, tidak. Aku hanya jadi perantara saja. Itu semua dari keinginanmu sendiri.”

“Dan juga, terima kasih telah menenangkanku waktu itu. Aku sebenarnya masih tidak terlalu suka dengan telinga atau ekor ini. Tapi aku tak sebenci dulu.”

Carius melihat telinga dan ekorku bergerak sedikit dan sekaligus ia menyelesaikan rubik di tangan kanannya dengan bunyi 'click'.

“Baguslah. Jika kamu benci dengan dirimu sendiri, maka di mana kamu akan berpijak atau menopangnya? Penunggang kuda yang membenci kudanya saja namanya bukan penunggang kuda.”

“Maksudnya…?”

“...” Lunae menatap Carius dengan mata bingung dan Carius hanya melihat Lunae diam selama beberapa detik.

“... Lupakan, aku baru ingat kamu masih 16 tahun. Ayo, aku bawa kamu ke ruang latihan.”

Lunae mengangguk dan mengikuti Carius di belakang. Lunae berjalan di belakang Carius melalui lorong-lorong landship dan Lunae melihat salah satu ruangan yang di pintunya bernama ‘Family of Hawk’ dan banyak sekali bunga-bunga yang terbuat dari kertas dan tanaman.

“Carius, itu ruangan apa?”

“... Itu adalah ruangan istirahat untuk Regu Hawk. Dan bunga-bunga itu adalah untuk mengenang mereka.”

“Oh… maaf, aku tidak tahu.”

“Tidak apa, penasaranmu adalah hal yang normal.”

“Jika boleh tahu… kenapa…”

“Insiden 5 tahun lalu, insiden Broken Arrow. Aku tak mau membahasnya sekarang. Ayo…”

Carius melihat sekilas ke nama di pintu itu dan ia menarik napas panjang dan lanjut berjalan dan Lunae mengikutinya.

Di dalam pikiran Carius, ia berpikir:

 “Aku butuh waktu sebentar lagi.” 

Setelah beberapa saat berjalan, Carius dan Lunae masuk ke dalam ruang latihan menembak. Di sana ada Vulfia yang sedang memarahi salah satu prajurit Resilitan yang menaruh senjatanya sembarangan.

“Haduh, kalau ini hilang atau rusak, bagaimana?”

“Siap, salah!” Ucap tegas prajurit Resilitan itu.

Vulfia hanya menggelengkan kepala dan menatapnya lagi.

“Aku tak akan menghukummu, maka pergilah.”

“Siap, terima kasih!” Dan prajurit itu segera pergi.

Vulfia menoleh dan melihat Lunae dan Carius disana dan Vulfia sedikit terkejut.

“Lunae dan Carius? Kenapa kalian kemari?”

Lihat selengkapnya