Akhirnya satu tanggung jawab terselesaikan. Lomba musikalisasi puisi usai sepuluh menit yang lalu. Walau hanya membawa pulang juara harapan, kami tetap puas. Peserta lain tampil sukses dengan daya tarik melodi yang maksimal, apalagi para juara. Menjadi yang terbaik keempat dari sembilan partisipan adalah hal yang patut disyukuri.
“Liatin aja teruuuss,” cibirku pada Mia yang berkali-kali tampak mencuri pandang ke arah undakan serambi. Kami tengah duduk lesehan di area depan Balai Bahasa, menyantap makan siang yang dibagikan. Lebih tepatnya menggembel. Karena mobil sekolah yang seharusnya menjemput kami, belum juga sampai.
Mia tertawa kecil dan berpaling ke sekotak nasi dan ayam goreng yang sedang ia santap. “Bikin seneng soalnya, Rin,” sahutnya yang membuatku tergelak.
“Sekalian aja nyimpen fotonya Krisna terus dipajang di kamar,” ledekku.
Mia tersipu malu. “Mau jadi secret admirer terhormat aja.”
“Gaya banget!”
Kami berdua tertawa. Kulirik Krisna yang sedang mengobrol seru dengan Ferdi dan Bima. Satu tim tapi duduk di tempat yang berbeda alias terpisah jauh itu terasa aneh. Di saat tim lain bergurau, mengobrol, dan tertawa bersama di lingkaran yang sama, kami justru seperti ini. Oke, salahkan pemuda-pemuda itu! Mereka yang tidak mau gabung!
“Kamu sendiri gimana sama Alan? Memangnya kamu nggak baper samsek?” Mia bertanya balik. “Gombalannya makin-makin.”
Aku tak langsung menjawab. Sibuk memamah. Menelan kunyahan nasi yang tiba-tiba terasa serat. “Aku bingung,” jawabku terus terang sambil menutup kardus kecil putih, merampungi makanku. Kusesap segelas air mineral kemasan dengan pelan. “Habis kita jenguk Shasa tiga hari yang lalu, terus Alan nganterin aku, dia… nyatain perasaannya. Dengan sangat jelas.”
Mata Mia membelalak. Tangannya membekap mulut. “Serius??”
Aku mengangguk. Mia meraih air minumnya, lalu menandaskannya cepat. “Lalu kamu?”
“Aku nggak jawab apa-apa. Aku bingung.”
Senyum terbit di bibir Mia. Senyum yang jahil. Kusenggol rusuknya saat ia mencoba mengejek. Setelah berdehem, ia memberi saran, “Kalau kata aku, sih, kalau Alan nggak nuntut buat menjalani hubungan yang spesial, yaudah… jalani keseharian kalian kaya biasa aja. Tapi kalau iya… renungi lagi. Serius kalian mau pacaran? Atau mau fokus studi? Memang klise, sih… tapi itu pilihan yang nggak mudah buatmu, kan, pasti? Penghuni podium lima besar angkatan 49. Jawara paralelnya SMA Mandala.”
“Berlebihan, ah, kamu!” komentarku sambil tertawa garing. “Tapi... kata Gemini juga gitu, sih.”