Resonance

Misaka Takashi
Chapter #2

Bab 1. Hanya Kisah Klub Nihon

Raka Adiwijaya, itulah namaku. Seorang lelaki remaja yang sebenarnya enggak terlalu populer di sekolah. Lagi pula siapa yang mau mengenalku karena tak memiliki apa pun yang bisa ditawarkan. Sosok bukan siapa-siapa mungkin lebih tepat bisa digambarkan padaku.

Seorang anggota dari Klub Nihon (Jepang) yang bergabung di pertengahan semester satu tahun pertama. Aku ingat saat itu, ketika mengikuti LDKS—karena aku adalah MPS (Majelis Permusyawaratan Siswa) jadi diwajibkan untuk ikut LDKS—seorang kakak kelas mengajakku untuk bergabung lagi.

Pertanyaan pertama sederhana, mengapa aku tiba-tiba keluar dari Nihon? Sebelum aku diajak kembali, aku pernah mendaftarkan diri sebagai anggota, tetapi memilih untuk mundur ketika jadwalku bentrok dengan klub Jurnalis. Aku lebih memilih Jurnalis dan merelakan klub itu, sampai saat LDKS barulah aku diajak kembali. Omong-omong nama kakak kelasnya adalah Ivan, ketua klub Nihon dan anggota OSIS.

Mendengar ceritaku itu, Kak Ivan mengangguk dan memberikan sedikit keluwesan untuk jadwal, jadinya aku bisa berpindah-pindah setiap minggu. Seperti itulah kisah singkatnya, sampai menjelang kenaikan kelas dua pun aku masih mengikuti dua klub itu secara bergantian.

Tengah asyik duduk di depan koperasi, menikmati sebotol air mineral, tiba-tiba kak Ivan datang menghampiriku. Sosoknya yang memiliki tinggi sama denganku dan rambut kribonya yang telah di potong itu duduk di samping.

“Tumben kemari kak?” tanyaku sebelum meneguk minuman.

“Barusan tadi habis rapat OSIS, minggu depan bakal ada classmeeting,” balasnya.

Aku hanya bergumam, melanjutkan meneguk minuman mineral botol. Hening menyelimuti kami, sembari memandang para siswa yang berlalu lalang di lapangan yang tertutup dengan kanopi. Jadi seperti lapangan outdoor yang menjelma indoor.

“Tahun depan, sudah waktunya kalian yang memegang klub.” Kak Ivan tiba-tiba berkata setelah sunyi beberapa saat.

Dipikir-pikir lagi memang benar, Kak Ivan kini menginjakkan kaki di kelas dua dan setelah ini akan naik ke kelas tiga. Angkatanku yang akan memegang klub, entahlah bagaimana ke depannya aku tak tahu dengan pasti. Klub Nihon saat ini saja memiliki member yang sedikit. Aku tidak tahu apakah klub ini akan bertahan?

Terlebih lagi, angkatanku merupakan generasi ketiga dari Klub Nihon. Benar-benar klub baru dengan usia paling muda, walau sebenarnya masih ada beberapa sentuhan yang kurang beres seperti logo yang masih belum punya.

“Omong-omong, sudah punya pandangan untuk jadi penerusku?”

“Penerus? Maksudnya ketua klub?” tanyaku untuk memastikan. Aku tidak menyangka Kak Ivan menunjukku sebagai ketua klub berikutnya. Namun, aku tidak tahu sih lagi pula ini terlalu mengekang.

“Sebenernya, aku enggak punya pikiran ke sana sih kak.” Aku menopang dagu. “Kalau pun terpilih jadi pengurus, aku hanya ingin jadi wakil atau enggak sekretaris, mungkin kak Ivan bisa merekomendasikan Nasir karena dia lebih fasih dalam berbahasa Jepang.”

“Sebenarnya bukan masalah dia bisa memimpin apa tidak, kadang keaktivan pun juga diperhitungkan. Kupikir karena kamu adalah MPS jadinya aku mempercayakan ini pada kamu.”

Lihat selengkapnya