Pertemuan Antar Dimenasi
Fernando terdiam. Suara itu tak seperti apa pun yang pernah ia dengar, datar, bergema, seperti bisikan dari dasar sumur tak berdasar. Ia menatap Resonator yang kini memancarkan cahaya biru kehijauan dari garis ukirannya, berdenyut pelan seperti detak jantung yang tak berasal dari dunia ini. Ia buru-buru mematikan daya, namun alat itu tetap menyala. Bahkan lebih terang. Layar-layar di sekitarnya mulai berkedip acak, menampilkan simbol-simbol tak dikenal, geometri yang melengkung, membengkokkan logika.
Sebuah pola muncul berulang-ulang, tiga lingkaran bersinggungan dengan garis melintang. Fernando meraih catatan lama Dr. Leonhart. Di sana, pola itu disebut "Gerbang Cermin." Tak ada penjelasan apa artinya, hanya satu catatan kecil di tepi halaman, “Batas antar realitas bisa diregangkan, tapi jangan pernah dibuka sepenuhnya.” Selama berjam-jam berikutnya, Fernando merekam gejala-gejala aneh dari Resonator. Frekuensi yang dipancarkan alat itu ternyata mampu memengaruhi medan magnet lokal, bahkan membuat waktu terasa melambat di sekitar laboratorium. Secara ilmiah, ini revolusioner. Secara naluriah, ini berbahaya. Pukul tiga pagi, Fernando meninggalkan laboratorium menuju apartemennya di lantai dua puluh lima.