Enam hari berlalu. Anda mengamati bagaimana Dr. Adrian menjadi semakin terobsesi dengan kasus Lintang. Dia menghabiskan jam-jam ekstra untuk meneliti kondisi wanita itu, memeriksa hasil laboratorium berulang kali, membaca jurnal-jurnal medis hingga larut malam.
Hasil pemeriksaan fisik Lintang memang membingungkan. CT scan menunjukkan anomali di sepanjang tulang belakang—struktur-struktur kecil yang tidak teridentifikasi, seperti tumor namun terlalu teratur bentuknya. Tes darah menunjukkan protein asing yang tidak bisa diidentifikasi.
"Bagaimana dia hari ini?" tanya Adrian pada perawat Maya yang baru keluar dari kamar Lintang.
Maya terlihat pucat. "Dia... berbicara sendiri sepanjang malam. Tapi suaranya berubah-ubah, seperti banyak orang berbicara dari tenggorokannya."
"Multipel kepribadian?"
"Bukan," Maya menggeleng, tangannya sedikit gemetar saat merapikan berkas. "Lebih seperti... koor. Seperti paduan suara."
Adrian mengerutkan dahi. "Bagaimana hasil makan paginya?"
"Tidak menyentuh makanannya sama sekali. Sudah empat hari dia hampir tidak makan. Tapi anehnya kondisi fisiknya tidak menunjukkan tanda-tanda malnutrisi."
"Berat badannya?"
"Justru naik 1,7 kilogram."
Adrian tertegun. Ini tidak masuk akal secara medis. Pasien yang tidak makan seharusnya menurun berat badannya.
Saat memasuki kamar 307, Adrian menemukan Lintang sedang berdiri di dekat jendela, punggungnya menghadap pintu. Rambutnya telah dipotong pendek—protokol rumah sakit untuk pasien yang dianggap berisiko tinggi.
"Selamat pagi, Lintang."