Restu Kelana

Lail Arrubiya
Chapter #4

Usaha Kelana

Semalam Ana tidur terlalu larut, ia menghabiskan malamnya dengan membaca novel yang harus ia kembalikan hari ini ke perpustakaan sekolah. Jika tidak ia harus mengeluarkan uang denda sebesar lima ribu rupiah per harinya. Dan Ana tak suka membuang uang sia-sia. Alhasil, ia sedikit mengantuk selama pelajaran berlangsung. 

Di jam istirahat Ana meluncur ke perpustakaan, mengembalikan buku pinjamannya.

“Mau pinjam buku lagi hari ini?” tanya petugas perpustakaan yang mulai mengenali Ana. 

Ana tersenyum sambil mengangguk. Berjalan mengitari rak-rak yang di penuhi buku seperti hiburan tersendiri buat Ana. Wajahnya serius memilih buku, kemudian tersenyum saat buku yang dibutuhkannya ketemu. 

Perpustakaan memang salah satu tempat yang tak ramai dikunjungi saat jam istirahat. Kebanyakan siswa akan memilih pergi ke kantin atau lapangan sekolah yang biasanya mempertontonkan pertandingan antar kelas, dadakan.

Dua buku sudah ia pegang. Ia melihat ke arah meja favoritnya yang dekat dengan kipas angin. Menurutnya, udara sejuk disini ditambah hembusan dari kipas angin membuat ruangan terasa menggunakan pendingin ruangan. Nyaman.

Sialnya, mata yang tadi sempat kembali berbinar setelah melihat buku-buku dirak perpustakaan, kembali berat setelah membaca beberapa paragraf buku pengetahuan sosial. Mata Ana celingukan, mengamati sekitar. Hanya ada beberapa orang disini dan semuanya sibuk dengan bukunya. 

Tidur sebentar, rasanya ga apa-apa, tutur Ana dalam hati.

Ana memasang alarm dalam pikirannya untuk tidur tak lebih dari sepuluh menit. Menutupi wajahnya dengan buku pengetahuan sosial yang ia baca tadi. Dan terlelap.

Gelap pejam mata terasa nyaman. Entah sudah berapa menit Ana tertidur. Otak Ana sudah membangunkannya perlahan. Pelan-pelan matanya terbuka. Sedikit gelap. Deret huruf jadi pemandangan pertama saat matanya terbuka. Kepalanya terangkat perlahan, membuat buku pengetahuan sosial yang menutupi wajahnya terhentak pelan ke meja.

“Eh?” Ana terkesiap melihat seseorang dengan senyum lebar duduk di hadapan Ana.

“Nih, buat kamu. Pasti semalam kamu bergadang karena baca buku?”

Kelana masih dengan senyumnya, menggeser sebuah susu kotak rasa coklat ke arah Ana. 

Alis tebal Ana mengkerut. 

“Jangan nolak rezeki. Aku punya banyak stok di rumah.”

Ana masih tak menerima susu kotak pemberian Kelana. 

“Ayo, terima!” Kelana kembali menggeser susu kotak mendekat pada Ana.

“Maksudnya apa?” tanya Ana pelan namun nada bicaranya tegas.

“Aku lihat kamu ketiduran disini. Masa aku harus bawain kamu kopi kesini?”

“Aku ga perlu minuman dari kamu,” pungkas Ana seraya membereskan bukunya dan beranjak bangun tanpa membawa susu kotak pemberian Kelana.

Kelana juga bergegas bangun membawa susu kotaknya. Mengejar Ana.

“Hei, tunggu!” Kelana mempercepat langkahnya agar bisa mengejar Ana.

“Ayolah, aku hanya ingin berteman sama kamu. Masa kamu ga mau?” Wajah Kelana sedikit kesal.

Ana terhenti dan menatap Kelana yang segera merubah ekspresi wajahnya. Tersenyum semanis mungkin.

Lihat selengkapnya