Ana tak mengerti kenapa bisa setiap pagi ia berpapasan dengan Kelana. Baik di halte, jalan menuju sekolah atau di gerbang sekolah. Nyaris tiap hari. Bisik-bisik mulai terdengar setiap Ana jalan sendiri, pandangan mata sinis kerap Ana dapati saat ia tak bersama Kelana.
Ana sadar, sejak masa orientasi ia tak bisa mudah dekat dengan siswa lain. Ada hal yang merubahnya menjadi siswa penyendiri. Di tambah sikap blak-blakannya saat orientasi siswa, mendebat Ketua OSIS, menjadi nilai minus buatnya. Ana di pandang sok tahu, mencari sensasi atau bahkan di bilang sok kecantikan karena ia berkata tak suka dengan semua kakak kelas yang ikut orientasi. Sejak saat itu, bisik-bisik dan pandangan sinis sudah ia terima. Tapi, Ana tak menghiraukannya.
Kali ini akan bertambah lagi julukan untuk Ana karena ia kerap berjalan bersama Kelana saat jam masuk kelas atau jam istirahat. Gadis Centil.
"An, kamu makin sering datang bareng Kak Lana," seru Kinanti saat Ana baru saja duduk di kursinya.
"Kebetulan aja," jawab Ana singkat.
"Kamu suka sama Kak Lana?" tanya Kinanti sambil mendekatkan wajahnya pada Ana.
"Apaan, sih?" Ana mendorong bahu Kinanti agar sedikit menjauh. "Kami cuma ga sengaja ketemu dan jalan bareng. Bukannya dia memang ramah ke semua orang?"
Wajah Kinanti di tekuk.
"Benar, kan?"
"Apanya yang benar?" Ana balik tanya.
"Dia memang baik sama semua orang," jawab Kinanti dengan wajah kecewa. Lalu menghela nafas, lesu.
"Kamu suka sama dia?" Kali ini Ana yang bertanya sambil mendekatkan wajahnya pada Kinanti.
Kinanti mendorong wajah Ana.
"Siapa perempuan di sekolah ini yang ga suka sama Kak Lana? Aneh. Kamu ga suka Kak Lana?"
Ana menggeleng yakin.
Kinanti menaikkan alisnya.
"Serius? Kalau gitu bantu aku supaya Kak Lana bisa melihat aku lebih istimewa di banding perempuan lain," seru Kinanti dengan binar mata pengharapan.
"Gimana caranya?"
"Ehm ... comblangin kami."
Ana menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ingin menolak saja. Tapi Kinanti sudah menggenggam tangannya dengan tatapan memelas.
"Kinan, kamu itu cantik. Tanpa aku comblangin pun, Kak Lana pasti suka sama kamu."
"Saingan aku banyak, An. Kamu tau Desy? Dia juga cantik, berani pula. Dia sering banget ngajak Kak Lana ngobrol. Aku mana seberani itu."