Seminggu lagi libur sekolah akan berakhir. Tak ada agenda liburan untuk Ana. Ia sibuk belajar dan mengerjakan apa saja yang bisa dikerjakan di rumah. Jika sedang santai, ia mendengarkan radio di saluran kesayangannya setiap malam.
Namun, seminggu belakangan Bu Syarifah sering pulang telat. Menjelang magrib Bu Syarifah baru sampai rumah. Alasannya karena Juragan Rasyid membutuhkan karyawan sementara untuk membersihkan villa yang sedang ramai dikunjungi pelancong saat liburan. Bu Syarifah dipindah tugaskan ke villa sementara waktu.
Pukul sembilan pagi, Ana baru sadar kalau sweater Ibunya tertinggal. Sama seperti Ana, Ibunya juga belum begitu terbiasa dengan udara dingin disini. Paling tidak saat pulang sore, Bu Syarifah harus mengenakan sweater.
Khawatir Ibunya sakit, Ana berinisiatif memberikan sweater pada Ibunya. Namun, ia tak tahu lokasi villa Juragan Rasyid. Jadi, Ana harus menemui Abim dulu di tempat kerjanya di minimarket.
"Kamu yakin mau kesana?" tanya Abim saat Ana bilang akan menemui Ibunya.
"Iya. Aku khawatir Ibu masuk angin nanti."
"Yasudah, hati-hati."
Di depan minimarket, Ana menunggu angkot menuju villa tempat Ibunya bekerja. Ana gadis yg cerdas, sekali saja diberi tahu Ana akan ingat dimana dia harus berhenti.
Dari tempa Ana turun, ia masih harus jalan untuk sampai ke villa milik juragan Rasyid. Udara masih terasa dingin bagi Ana, ia juga mengenakan jaket siang ini.
"Ana," sebuah seruan datang dari sampingnya.
Ia tahu villa ini milik keluarga Kelana, tapi Ana tak berharap bertemu dengannya disini. Nyatanya, harapan hanyalah harapan.
"Hei, kamu mau kemana?" Kelana turun dari motornya.
"Hmm ... aku mau ngasih ini ke Ibu. Dia suka kedinginan kalau pulang sore."
"Ayo aku antar. Sekalian, Ibuku juga sedang ada disini."
Sejenak Ana berfikir.
"Villanya masih cukup jauh, loh, kalau jalan kaki."
"Oke," jawab Ana tanpa berfikir lagi.
Kelana pasti lebih tahu daerah sini.
"An, liburan ini kamu kemana aja?" tanya Kelana membuka obrolan.
"Ga kemana-mana."
"Sama, aku juga di rumah aja."
Ana tak menjawab.
Laju motornya terasa santai. Tapi Ana tak bisa protes.
"Kamu bilang, kamu suka pemandangan disini, kan? Mau aku ajak keliling daerah sini?"
"Eh ... itu ... hmm ... ga usah."
"Hei, liburan sebentar lagi selesai. Sayang kalau ga kemana-mana."
"Tapi ..."
"Nah, itu villanya ..." sela Kelana tanpa memberi Ana kesempatan menjawab lagi.
"Biasanya Ibumu ada di dapur," ucap Kelana seraya menarik tangan Ana. "Ibuku juga suka sekali di dapur."
Ana tak menepis tangan Kelana yang menariknya tanpa canggung.
Lewat jalan samping, mereka sampai ke dapur villa. Dapur yang luas. Sengaja dibuat luas, karena bisa menampung banyak orang untuk membantu. Jika liburan tiba, pelancong akan datang tak berhenti. Makanan menjadi salah satu faktor penting yang membuat para pelancong itu betah dan kembali kesini saat liburan mendatang.
"Assalamualaikum," Kelana dan Ana nyaris bersamaan mengucap salam.
"Loh, Ana?" Bu Syarifah terkesiap melihat Ana datang bersama Kelana.