Restu Kelana

Lail Arrubiya
Chapter #13

Geng Menyebalkan

Pembagian kelas diacak setiap tahunnya. Memungkinkan semua murid di tingkatnya mengenal teman baru dari kelas yang lain. Pagi-pagi di hari pertama sekolah, mading mendadak diminati para siswa.

"Ana ..." seru Kinanti saat Ana masih setengah perjalanan menuju mading, "kita pisah kelas," lanjutnya sedih.

Ana sedikit terkesiap. Berusaha masuk diantara murid yang masih menatap mading. 

Benar. Kinanti masih di IPA 1 sementara Ana pindah ke IPA 2. Ana ikut sedih. Setahun ini dia sudah nyaman duduk dengan Kinanti.  

"Mau gimana lagi. Nanti, kita tetep ketemu sepulang sekolah," usul Ana. 

Kinanti mengangguk meski sedikit sedih harus berpisah dengan Ana. Kinanti tidak terlalu khawatir jika bertemu kawan baru di kelas, justru ia mengkhawatirkan Ana. Setahun belakangan, bahkan Ana jarang berinteraksi dengan teman sekelas, jika tidak ditanya lebih dulu. Terlebih di kelas Ana sekarang, ada nama siswi yang terkenal suka merundung orang yang lemah. Kinanti semakin khawatir.

Ana dan Kinanti berjalan berlawanan arah. Masih di lantai dua paling ujung. 

Benar-benar kelas baru. Hanya ada dua anak dari kelasnya yang ia kenal dan mereka acuh saja pada Ana. Ia berjalan, menelan ludah. Mencari bangku kosong. 

Bangku barisan kedua dari depan. Ana meletakan tasnya disana. Baru saja akan duduk, seruan galak terdengar tertuju padanya.

"Heh !!! Itu tempat kita. Kebelakang lu!" 

Empat orang siswi dengan rok pendek dan baju ketat, mendekat ke arah Ana.

"Minggir !!!" Tangan Ana ditarik. Dipaksa berdiri.

"Aku yang duluan disini," ucap Ana dengan suara terkendali.

"Mau lu yang duluan, gue ga peduli. Gue sama temen-temen gue mau duduk disini," tegasnya melotot. 

Ana merasa dialah bos diantara keempat orang ini.  

Ana berdecak. Berjalan seolah akan mengambil tasnya. Namun, Ana adalah Ana. Dia justru duduk disana.

"Lu budeg, ya?!" 

"Kalian ga berhak mengusir aku dari sini. Bangku ini punya aku!" Ana berseru tegas tak mau kalah.

"Sialan. Ngajak ribut!" Temannya yang lain berseru.

Mereka nyaris mengeroyok Ana jika saja guru pelajaran pertama tak datang. Mereka berdecak kesal. Terpaksa menunda aksi merundung. Memilih bangku ketiga dan keempat sebagai gantinya.

Ana selamat. Setidaknya sampai jam pelajaran berakhir. 

Pagi ini, Bu Bella selaku bagian kesiswaan datang bersama seorang murid baru. Wajahnya tertunduk dengan jilbab yang menutupi kepalanya. Tubuhnya tinggi dan sedikit berisi. Kulitnya gelap dengan jerawat di wajahnya. 

"Ini teman baru kita, dia masih dari Bogor, bagian timur. Nah, silahkan, Zara, kamu perkenalkan diri."

"Assalamualaikum," suaranya pelan dengan mata yang entah memandang kemana. "Aku Zara. Semoga kita bisa akrab. Mohon bantuannya."

Lihat selengkapnya