Restu Kelana

Lail Arrubiya
Chapter #30

Tambah Teman Baru

Wajah Ana beberapa hari ini terlihat murung. Bahkan beberapa kali Ana terlihat melamun saat jam pelajaran. Zara menyadari perbedaan sikap Ana beberapa hari ini.

Bel istirahat sudah terdengar di seantero sekolah. Membuat siswa berhambur. Ana dan Zara santai saja keluar kelas, melewati Kinanti yang tak pernah menoleh jika Ana lewat. Benar-benar tak peduli.

“Ana, gimana kalau hari ini kita belajar di bawah. Biar sambil makan belajarnya,” kata Zara sebelum mereka berpisah.

Ana berfikir sejenak. Sepertinya dia memang butuh udara segar hari ini. Pikirannya sedang bercabang.

“Oke. Aku pinjam bukunya dulu di perpus, ya.”

Sepakat. Ana segera ke perpustakaan dan Zara ke mushola.

Biasanya barisan buku di rak perpustakaan dan aroma buku, bisa menjadi penyulut semangat buat Ana. Tapi kali ini tidak. Ia berjalan lesu mencari buku yang dibutuhkan untuk belajar bersama Zara.

Setelah mendapatkannya, Ana segera ke area bawah, tempat penyimpanan barang bekas sementara. Karena mereka sering ke sini setiap makan, Ana sengaja menyelipkan kardus bekas di belakang pohon untuk alas saat mereka duduk.

Baru saja Ana datang, ia melihat seorang siswi yang duduk di bawah pohon dengan kardus yang selalu dipakai Ana dan Zara duduk.

“Eh? Kakak?” Wiyan berseru kaget melihat kedatangan Ana.

“Kamu ngapain disini?”

“Itu … aku,” ucapan Wiyan terjeda, “aku … malas bertemu Dessy Cs, jadi aku bersembunyi disini.”

Ana mendekati Wiyan, mengerutkan alis dengan tatapan tajam.

“Mereka masih jailin kamu? Kan, sudah dikasih tau, kamu harus melawan. Jangan …” Ana berseru gemas.

Kalimat Ana belum selesai bicara, saat Zara datang dengan plastik tentengannya menyela obrolan.

“Loh, dia? Kenapa ada disini?”

Pada akhirnya mereka duduk bertiga disana. Membagi dua roti bakar yang dibawa Zara menjadi tiga bagian.

“Kalian berdua itu punya kesamaan,” ucap Ana sejenak berhenti mengunyah, “sama-sama korban Dessy Cs.”

Baik Zara maupun Wiyan sama-sama menekuk wajahnya mendengar candaan Ana.

“Nah, sekarang sama-sama cemberut,” tambah Ana dengan gelak tawa diakhir kalimatnya. “Lain waktu, kalau kalian di usilin, jangan diem aja. Mereka itu tipe yang semakin menjadi kalau korbannya cuma diam.”

“Memangnya gampang satu lawan empat?” protes Wiyan.

“Ana pernah melawan mereka sendirian,” kata Zara membuat Wiyan membulatkan matanya. “Iya, bahkan beberapa kali. Sampai wajah Ana dicoret-coret lipstik sama Dessy.”

Ana tak peduli dengan cerita Zara yang terlalu lengkap hingga menyebutkan hal memalukan itu. Ia menghabiskan sisa roti di tangannya.

“Itu yang membuat Ana terkenal di sekolah ini.”

Lihat selengkapnya