Restu Kelana

Lail Arrubiya
Chapter #36

Tindakan Tegas

Kinanti dan Restu yang mendapat laporan tentang keributan di kantin segera ke sana. Yang mereka tahu, Wiyan yang diusili oleh Dessy Cs. Tapi saat sampai, justru mereka melihat Ana yang berteriak marah pada semua orang yang ada di sana.

Wajah Restu sedikit terkejut mendengar Ana menghardik orang, serta melihat kondisi Wiyan yang basah dengan baju yang bernoda.

“Ada apa ini?” tanya Restu.

Ana yang baru saja mengeluarkan kekesalannya, menjawab pertanyaan Restu dengan helaan nafas gusar.  

“Kalian para anggota Osis, harusnya bikin peraturan tegas soal perundungan. Yang kayak gini-gini, dianggapnya biasa. Bahkan mereka cuma nonton, satu dua ada yang merekam.”

Kinanti dan Restu bisa melihat kekesalan Ana. Bahkan sepertinya lupa kalau Ana dan Kinanti sedang perang dingin.

“Di ruang Osis sepertinya ada seragam ganti. Ayo, ikut aku,” kata Kinanti mengajak Wiyan.

“An, aku temani Wiyan dulu, ya,” kata Zara.

Ana setuju. Meninggalkan Ana dengan Restu di lorong sekolah.

“Terima kasih,” ucap Restu.

“Untuk apa?” tanya Ana heran.

“Eh, itu … karena kamu selalu jadi penyelamat buat mereka yang dirundung.”

“Entahlah. Aku merasa punya radar kalau ada yang dirundung.”

Ana menjawab asal.

“Tapi aku serius soal peraturan yang tegas tentang perundungan. Kita tahu kalau dampak perundungan itu membahayakan mental. Yang kelihatan saja dianggap wajar sama sebagian siswa. Bahkan ada yang menganggap itu lucu. Gila, kan? Gimana dengan yang ga kelihatan? Yang di lakukan diam-diam. Jangan sampai ada kejadian di lingkungan kita, ada yang kena perundungan sampai melakukan hal bodoh. Fatal.”

Restu memperhatikan gestur Ana yang berapi-api. Meski tegas, namun terasa tulus.

“Ya, kamu benar. Ini hal serius yang harus segera diatasi. Saya akan coba bicara sama guru untuk mensosialisasikan soal perundungan ini.”

Ana mengangguk setuju.

“Tapi … tolong, lain waktu jangan menghardik terlalu kasar,” lanjut Restu ragu.

Ana tersenyum kaku. Sedikit malu, ternyata Restu mendengar ucapannya saat sedang kesal itu.

“Kadang mereka memang harus diingatkan dengan cara yang keras,” Ana mencari pembelaan. “Aku harus melihat Wiyan,” kata Ana berusaha pamit.

Lihat selengkapnya