Restu Kelana

Lail Arrubiya
Chapter #47

Ada Cinta

Nyatanya Hesti tidak marah begitu mendengar cerita Ana yang di skros hari ini. Hesti justru mendukung tindakan Ana.

“Harusnya Zara bisa bantu kamu lawan mereka. Kalau aku ada di situ aku pasti bantu kamu buat ngelawan mereka. Beraninya keroyokan. Kamu, Restu, kenapa kamu ga bantu Ana?” tegas Hesti terlihat geram.

“Eh? Saya?”

Ana sedikit menahan senyum melihat wajah Restu yang disalahkan.

“Harusnya kamu bisa lebih diandalkan!”

“Kak Restu sudah sangat membantu, kok,” sela Ana berusaha membela Restu.

Hesti menatap tajam Restu. Memastikan kalau yang dikatakan Ana benar. Tapi yang ditatap justru terlihat canggung.

“Ya sudah, lain kali kalau ada permasalahan semacam ini biar aku yang jadi wali kamu, menghadap kepala sekolah.”

“Sekali lagi aku minta maaf, Kak,” kata Ana sedikit tertunduk.

“Ga perlu minta maaf. Kalau menurut aku, ini bukan salah kamu.”

Setelahnya, Restu pamit karena ia harus segera ke kampus. Kelasnya akan segera di mulai.

Ana mengantarnya sampai ke depan kedai.

“Terima kasih.”

“Untuk jasa antarnya?” tanya Restu berusaha bergurau.

“Untuk semuanya.”

Restu tersenyum.

“Saya pamit, ya.”

“Iya. Hati-hati.”

Ana tak beranjak sebelum Restu benar-benar hilang dari pandangannya. Sosok yang akhir-akhir ini terasa semakin dekat dengannya. Yang banyak memberinya perhatian sama seperti sahabat-sahabatnya yang lain.

“Sepertinya kamu makin dekat sama Restu,” kata Hesti setelah Ana kembali menghampirinya.

“Dekat? Kalau maksud Kak Hesti sebagai teman, aku rasa iya. Dia banyak membantu aku. Entah gimana, dia selalu ada saat aku butuh bantuan. Aku jadi banyak berhutang budi sama Kak Restu.”

“Kamu yakin hanya sebagai teman? Aku juga pernah jadi ABG, loh.”

Bukan hanya Hesti yang mempertanyakan kedekatan yang kini terjadi antara Ana dan Restu. Zara yang langsung menyerbu Ana dengan banyak pertanyaan seputar kejadian tadi pagi di sekolah akhirnya terfokus pada Restu.

“An, kamu sama Kak Restu makin dekat kayaknya. Jangan-jangan yang dibilang Wiyan benar, kalau Kak Restu suka sama kamu.”

Ana menghela nafas. Meletakkan buku yang sedang ia baca.

“Kalian harus berhenti bilang begitu. Kak Restu itu memang aja orangnya baik. Sini aku kasih tahu.”

Zara yang tadinya duduk di kasur, mendekat, duduk di satu kursi di sebelah Ana.

Lihat selengkapnya