Restu Kelana

Lail Arrubiya
Chapter #58

Masih Suka

Empat tahun berlalu tanpa kabar. Benar-benar tak ada kabar darinya untuk Ana. Malam ini sosok pria yang dulu jadi cinta pertamanya kembali. Dengan senyuman yang sama, namun sedikit berbeda penampilannya. Dia terlihat lebih dewasa sekarang. Rambutnya bahkan tertata rapi. Tapi Ana merasa senyum hangat itu masih sama.

Makin ia mendekat, makin kencang degup jantung itu. Ia tak menyangka sama sekali bahwa takdir akan mempertemukan dirinya dengan Kelana lagi.

“Hai semua, lama ga ketemu,” ucapnya masih dengan senyum itu.

Yang lain tersenyum, sedikit bingung dengan situasi ini. Zara dan Damar mengerti betul kisah Ana, Kelana dan Kinanti sewaktu sekolah dulu. Dan saat ini Zara dan Damar juga merasa ada pertautan hati lain.

Sementara Wiyan masih bingung dengan sosok yang datang malam ini, yang membuat sahabat-sahabatnya merubah ekspresi menyenangkan tadi.

Wiyan menyikut Zara sambil memberi kode lewat raut wajahnya. Siapa dia? Begitu maksud tatapan Wiyan pada Zara.

“Kak Lana,” bisik Zara sambil mendekatkan mulutnya ke telinga Wiyan.

Wiyan terkesiap, terlambat mengerti situasi saat ini. Namun, yang ada di pikirannya justru bagaimana perasaan Restu. Seketika ia menoleh ke arah kakaknya yang memang pandai menutupi perasaan. Ekspresinya tetap tenang.

“Aku boleh gabung, kan?” tanya Kelana.

Damar mempersilakan Kelana duduk di sofa bersebelahan dengan Restu.

“Kak Restu di sini juga?”

Restu hanya mengangguk kemudian meneguk air putih yang tersisa setengah gelas.

“Makan dulu sana,” kata Damar.

“Nggak usah, aku udah makan tadi. Aku buru-buru kesini buat ngobatin kangen.”

Damar mendesis sebal. Ia tahu kata rindu itu tertuju bukan pada suasana, tapi seseorang.

Suasana sedikit berubah sekarang. Tak banyak obrolan, mereka memilih menghabiskan makanannya. Sesekali Damar mengajak Kelana atau yang lain bicara untuk mengusir canggung.

Acara tasyakuran malam ini berakhir dengan tak banyak percakapan. Satu persatu pamit pada Damar. Termasuk Kelana.

“Maaf, ya. Sepertinya gara-gara aku, acara kamu jadi aneh suasananya,” ucap Kelana sebelum pergi.

“Iya. Lagian pake acara datang dadakan.”

“Dadakan atau nggak, dia akan tetap canggung bertemu aku lagi.”

Damar menghela nafas.

“Lana, aku rasa kamu harus pelan-pelan mendekati Ana. Kamu punya banyak cerita yang terlewat tentang Ana.”

Kelana mengangguk. Ia mengerti betul, empat tahun ini ada banyak perubahan yang terlihat dalam diri Ana walau hanya sekilas melihat.

Sementara di luar, Kinanti sedang menawarkan tumpangan pada Ana.

“An, bareng sama aku, yuk.”

“Ga usah, kita beda arah. Ngerepotin.”

“Ga apa-apa.”

Sebenarnya Ana tahu Kinanti tak keberatan mengentarnya pulang meski mereka berlawanan arah. Namun, mendadak Ana merasa canggung menatap Kinanti setelah kehadiran Kelana.

Lihat selengkapnya