Restu Kelana

Lail Arrubiya
Chapter #88

Kapan Harus Ke Rumah?

Beberapa saat Ana tak bisa menjawab pertanyaan Restu. Otaknya sibuk mengingat betapa banyak momen yang ia lewati bersama Restu. Suka dan duka bersama ia rasakan lagi. Saat Restu menyelamatkannya dari gangguan Dessy Cs, dari tuduhan menyimpan rokok saat razia sekolah, dari gangguan preman saat di angkot sepulang dari kedai, juga dari gangguan preman yang nyaris merenggut nyawanya.

Bukan hanya sebagai penolong, Restu juga datang sebagai pelengkap. Ia ingat saat Restu selalu datang di acara wisudanya. Dengan buket bunga. Lalu membantunya mendapatkan beasiswa.

“Ana …” seru Restu. “Kalau kamu mau menolak saya, ga masalah.”

“Kak Restu tau kenapa aku suka lagu ini?” tanya Ana dengan suara bergetar menahan haru.

Sungguh lagu ini Wiyan yang memberitahunya. Ia lupa menanyakan alasannya. Restu menelan ludah, kemudian menggeleng pelan.

“Aku suka video klipnya. Tentang pasangan yang berusia senja, tapi masih bersama. Membersamai bagaimana pun kondisi pasangannya.”

“Maaf, saya ga tau soal itu.”

“Aku mau seperti itu. Aku mau hidup bersama, tumbuh bersama dan menua bersama. Aku takut jika harus hidup seperti Ibu yang ditinggal Ayah.”

“An … saya ga bisa berjanji kalau hidup dengan saya artinya kamu akan bahagia selamanya. Pasti ada kerikil dalam prosesnya. Tapi, saya sudah berazam untuk selalu setia pada satu hati. Setia sama kamu.”

Ana menyeka air matanya. Ia mengangguk.

“Kamu ga berubah pikiran?” Restu memastikan.

“Mana bisa. Selama tujuh tahun ini, Kak Restu sudah membuktikannya. Aku harap ke depannya pun akan selalu begitu.”

Restu gembira. Nyaris saja menggenggam ta ngan Ana, jika Wiyan dan yang lain tak berseru menghentikan tangan Restu.

“Cincinnya mana?” bisik Wiyan.

“Ga saya bawa,” jawab Restu.

Wiyan kembali beristigfar. Sedari tadi dia sudah sangat gemas pada kecerobohan kakaknya. Datang terlambat, penampilan seadanya, dan sekarang tidak membawa benda penting dalam acara ini.

“Ana bilang, biar Ibu yang memasangkannya nanti.”

Mereka seakan dapat momentum pas untuk medapat jawaban dari pertanyaan yang sedari tadi bertengger di benak mereka.

Acara ini bisa dibilang tak seratus persen gagal. Ana terharu mendengar lagu kesukaannya diputar saat pria yang ia cintai menyatakan perasaan, menganjaknya ke jenjang komitmen yang dulu ia takuti.

Tapi juga membuat mereka yang membantu terlaksananya kejutan ini geleng-geleng sendiri. Tak percaya kalau ternyata mereka Restu sudah lebih dulu menyatakan perasaannya pada Ana.

“Bisa-bisanya kamu lupa kalau hari ini kamu punya acara penting!” tegas Wiyan masih kesal pada kakaknya.

“Saking bahagianya itu, Wi,” sela Kinanti.

“Maaf,” kata Restu tetap harus mengakui kesalahannya.

“Aku ga nyangka Ana bisa senekat itu buat mastiin Aksara itu Restu,” kata Hesti yang ikut bergabung karena penasaran cerita mereka berdua.

Ana hanya tersenyum kaku. Ia juga malu jika mengingat usahanya mendapat kepastian.

Lihat selengkapnya