Sudah satu bulan sejak terakhir kali Alby dan Eillen menjadi sepasang kekasih. Eillen kini lebih mudah tersenyum dan sinar wajahnya tampak lebih bersinar dibanding sebelumnya. Bahkan hari ini ia masih menyelesaikan jurnal nilai meski waktu sudah hampir gelap. Jika biasanya Eillen akan beranjak selepas pukul empat, gadis itu kini memilih menyelesaikan pekerjaannya agar di waktu malam ia memiliki waktu bersama Alby tanpa harus terbayang pekerjaannya.
Eillen menyelesaikan pekerjaannya tepat pukul enam sore. Gadis itu meregangkan otot badannya sejenak lantas menatap sekeliling dan sudah tidak ada siapapun. Kantor guru dalam keadaan sepi berhasil membuat bulu kuduk Eillen meremang, terlebih diluar sudah gelap. Gadis itu segera memasukkan barang-barangnya dan keluar dari ruangan tersebut menyusuri koridoor yang untungnya hanya berjarak beberapa meter dari gerbang utama.
Eillen sibuk memesan layanan ojek hingga tidak sadar bahwa di depannya ada seorang siswa. Gadis itu menubruk punggung siswanya sembari meringis pelan kemudian mendongak penasaran dengan siapa yang ia tabrak.
“Eh? Arsha, kok masih disini?” tanya Eillen begitu melihat salah satu muridnya berdiri di samping gerbang utama dengan mengenakan kaos oblong berwarna putih dengan sebelah tangan masuk ke dalam saku celananya.
“Iya, Mis. Tadi baru selesai latihan” jawab Arsha
“Kok sampai sore sekali? Oh penampilan terakhir buat class meeting ya?” tanya Eillen
“Iya, Mis. Mis sendiri kenapa masih di sekolah sudah sore begini?” tanya Arsha
“Oh iya, tadi saya sekalian menyelesaikan nilai ulangan siswa biar besok bisa istirahat.” Jawab Eillen sembari menampilkan senyumnya.
“Ayo Mis pulang bersama saya saja, tapi sebentar motor saya masih dipinjam teman buat beli bensin.” Ucap Arsha
“Bener nih enggak apa-apa saya bareng lagi?” tanya Eillen setengah berharap dan setengah merasa tidak enak.
“Iya, enggak apa-apa” jawab Arsha dengan menarik kedua sudut bibirnya ke atas.
Senyuman Arsha berhasil membuat Eillen ikut tersenyum. Gadis itu sedikit terkejut sebab ia baru pertama kalinya melihat senyum remaja tersebut. biasanya Eillen hanya akan melihat wajah datar milik Arsha, dan kalaupun pria itu tersenyum, Arsha hanya akan menarik sedikit kedua sudut bibirnya. Hanya sedikit, sangat sedikit hingga kadang tidak terlihat.
“Kamu ini kalau senyum terlihat lebih ramah lho” ucap Eillen jujur yang mampu membuat Arsha mengulum senyum.
“Terima kasih, Mis” ucap Arsha sambil menampilkan senyum lebarnya.
Keduanya melanjutkan obrolan ringan sembari menunggu kedatangan teman Arsha. Dalam hati, Arsha bersyukur sebab Ilsa tidak kembali dengan cepat hingga ia memiliki kesempatan untuk bisa lebih lama bersama guru kesayangannya tersebut. Bertemu Eillen bukan rencananya, tapi ia merasa sangat bersyukur karena latihan hari ini sampai sore bahkan malam dan Ilsa yang kehabisan bensin.