RESTU

Hudatun Nurrohmah
Chapter #10

10. Definisi Melepaskan

Dua bulan setelah pertemuan Eillen dengan orangtua Alby secara tidak sengaja, gadis itu kini sudah disibukkan dengan persiapan kelulusan anak didiknya. Eillen sibuk mempersiapkan sekaligus merekapitalisasi nilai siswanya. Sesekali ia akan menghabiskan waktu dengan Alby untuk sekadar berbincang atau menghabiskan malam minggu dengan hunting makanan bersama. Kesibukkan keduanya tidak membuat mereka lantas menjadi jauh, tapi justru semakin merindu satu sama lain. Terlebih Alby yang sebentar-sebentar mengatakan rindu kepada Eillen seperti seorang remaja dan akan berakhir dengan Eillen yang harus menemani Alby melakukan panggilan video hingga pria itu tertidur atau sekadar berbincang bersama Alby di depan rumah gadis itu hingga larut.

Eillen meregangkan tubuh sebentar kemudian memejamkan mata berharap dengan begitu rasa pegal di tubuhnya akan sedikit berkurang. Satu minggu lagi seluruh nilai sudah harus selesai di rekapitalisasi dan hal itu membuat Eillen beberapa hari terakhir harus melakukan lembur dan tertidur dengan tumpukkan kertas berserakan di sekitarnya.

Gadis itu memilih bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju kantin untuk membeli minuman dingin agar rasa kantuknya sedikit menghilang. Ia duduk di salahsatu bangku yang masih kosong sembari menyesap minumannya dengan sesekali menatap suasana kantin yang dihuni beberapa siswa.

Satu minggu ke depan memang tidak ada pembelajaran dan hanya di isi class meeting yang akan menampilkan bakat para siswa. Dan hal itu membuat Eillen cukup terhibur hingga ia merasa kembali pada masa-masa remajanya.

Gadis itu masih sibuk menyeruput minumannya saat Arsha dan Ilsa duduk di hadapannya. Eillen langsung tersenyum menatap kedua siswanya tersebut dan menunggu apa yang akan keduanya katakan.

Mis, saya menyukai Mis bukan sebagai guru tapi sebagai perempuan. Saya sudah lama menyukai Mis. Sejak Mis untuk pertama-kalinya datang ke kelas saya dan Ilsa, saya sudah menaruh hati untuk Mis. Tadinya saya pikir perasaan ini hanya rasa kagum biasa, tapi selang satu tahun hingga saya berada di kelas akhir, saya masih menyukai Mis dan perasaan itu justru semakin besar. Saya tahu kalau Mis Eillen sudah memiliki kekasih dan saya tidak akan menuntut apapun dari perasaan saya. Saya hanya ingin mengungkapkan perasaan saya tanpa berharap balasan apapun.” Jelas Arsha panjang lebar yang berhasil membuat Eillen terkejut dengan bola mata melebar dan tubuh menegang.

“Suatu saat jika saya diberi kesempatan untuk bisa bertemu dan memiliki Mis Eillen, saya berjanji untuk memberikan segala hal yang saya miliki. Saya akan memperlakukan Mis dengan baik. Untuk saat ini, saya cukup puas dengan hanya mengungkapkan perasaan yang saya miliki, sebab saya tahu bukan saya yang Mis pilih.” Arsha menghembuskan napas panjang seolah beban berat terlepas dari bahunya.

“Tolong jangan merasa terbebani dengan ungkapan perasaan saya, karena saya mengatakan ini supaya tidak ada penyesalan suatu saat nanti.” Arsha mengatakannya sembari tersenyum.

Hingga hampir dua menit berlalu, Eillen tidak mengatakan apapun. Ia masih terkejut dan mencoba mencerna kalimat yang keluar dari mulut siswanya tersebut. Gadis itu menghembuskan napas panjang, kemudian menatap Arsha dengan mata teduhnya.

“Arsha, terima kasih karena sudah menyukai saya sebesar itu dan bisa berlapang dada. Kamu sangat dewasa dan berhati besar. Saya yakin kamu akan menemukan seseorang yang memperlakukan kamu dengan baik dan mencintai kamu begitu besar meski tidak dalam waktu singkat. Arsha, saya juga minta maaf sebab karena saya kamu harus melewati masa remaja kamu dengan patah hati.” ucap Eillen dengan tulus

“Saya senang bisa jatuh cinta dengan Mis meski tidak bohong kalau saya juga merasakan sakit hati. Namun, saya tidak merasa menyesal karena sudah mencintai Mis sebab hal itu membuat masa SMA saya menjadi begitu menyenangkan” Arsha kembali tersenyum yang hanya dibalas dengusan pelan oleh Eillen.

Gadis itu sungguh tidak menyangka bahwa ada seseorang yang menyukainya begitu besar. Ia biasa menerima ungkapan cinta, tapi ia tidak menemukan seseorang setulus Arsha yang menyatakan sekaligus melepaskannya tanpa protes. Eillen jadi berpikir berapa banyak hati yang sudah ia buat patah, dan seberapa besar sakit hati yang dirasakan Arsha karenanya. Memang bukan sepenuhnya salahnya, sebab Eillen tidak mungkin mampu mengontrol perasaan setiap orang kepadanya, tappi perasaan bersalah tersebut tetap memenuhi hatinya.

Lihat selengkapnya