RESTU

Han
Chapter #11

11. Perempuan Berkalung Luka

Eillen menatap wajah ayahnya sebentar kemudian memeluk pria paruh baya dengan wajah yang sudah penuh kerutan tersebut. Gadis itu memeluk Rendra kemudian mencium tangan ayahnya dan segera menghampiri Alby yang sedang berdiri menunggunya di depan pintu mobil. Eillen berjalan dengan mantap menghampiri kekasihnya, kemudian tersenyum simpul dan masuk ke dalam mobil milik pria tersebut.

Selama perjalanan, Eillen memilih diam dan merapalkan doa-doa baik dalam hati dan pikirannya. Alby juga membiarkan gadis itu menenangkan diri sebelum akhirnya memilih menggenggam tangan Eillen yang sedang saling bertaut dan meremat satu sama lain. Alby menggenggam tangan Eillen dan mengelus punggung tangan gadis itu lembut dengan pandangan fokus pada jalanan di depannya.

“Mas, bagaimana kalau Papa dan Mama Mas tidak setuju?” tanya Eillen sembari mengeratkan genggaman tangan Alby pada jemarinya.

Gadis itu menghembuskan napas panjang lantas menundukkan kepalanya. Eillen merasa frustasi sejak satu minggu terakhir setelah Alby mengatakan ingin mengajak gadis itu bertemu kedua orangtuanya. Eillen merasa begitu kecil dan tidak berdaya. Bahkan jantungnya berdebar dan serasa ingin keluar dari tempatnya hanya dengan mendengar nama Kalandra disebutkan.

Memejamkan mata, Eillen menyandarkan punggung tegangnya pada kursi penumpang dan memikirkan hal-hal baik agar ia tidak semakin tenang.

“Sayang, apapun keputusannya, kita akan membuat mereka memberikan keputusan baik” ucap Alby kemudian memutar kemudinya untuk memasuki kawasan perumahan mewah yang ada di Kota Barat.

Eillen semakin merasa pusing dan mual tidak karuan saat retinanya melihat rumah besar dan mewah  di sepanjang jalan yang ia lewati. Hingga kendaraan roda empat tersebut berhenti di depan pagar tinggi dengan bangunan mewah bagai istana beberapa meter dibelakangnya.

Gadis itu kembali menghembuskan napas panjang entah untuk yang keberapa kali. Memejamkan mata kemudian tersenyum sambil menatap mata kekasihnya.

“Ayo” ucap Eillen lalu segera turun dari mobil tersebut dan berdiri menatap pintu rumah ber-cat abu-abu tersebut.

Eillen membiarkan Alby menggenggam tangan dan mengajaknya masuk ke dalam rumah milik orangtuanya. Gadis itu tersenyum lebar saat Ilsa menyambutnya dengan pelukan. Eillen merasa bersyukur sebab kehadiran Ilsa mampu membuatnya sedikit merasa lega.

Selepas menyapa Kalandra dan istrinya, Eillen segera duduk di ruang tamu keluarga Kalandra. Gadis itu mencoba bersikap biasa saja meski jantungnya masih berdegup kencang walau tidak secepat sebelum ia sampai di rumah masa kecil kekasihnya. Ia bisa melihat Kalandra yang tampak angkuh dan ramah di saat bersamaan, duduk di hadapannya bersama sang istri. Gadis itu menjawab pertanyaan basa-basi dari pria baruh baya tersebut sebelum Zaina – istri Kalandra, mulai membuka obrolan serius di ruangan tersebut.

“Jadi, bagaimana Alby?” ucap perempuan tersebut.

Lihat selengkapnya