RESTU

Han
Chapter #12

12. Restu

Eillen menatap lalu-lalang kendaraan di hadapannya tanpa bersuara. Ia masih merasa sakit hati dan kesal terhadap ucapan Zaina meski posisi perempuan tersebut adalah ibu sambung bagi Alby. Namun, tetap saja kalimat Zaina berhasil membuatnya tertekan dan merasa lelah secara mental.

Alby yang menyadari perubahan kekasihnya, menggenggam jemari gadis itu kemudian mengusapnya lembut mencoba memberi ketenangan. Ia tahu perkataan Zaina sudah membuat Eillen sakit hati terlebih dengan sifat gadis itu yang merupakan seorang pemikir dan terlalu perasa.

“Sayang” panggil Alby yang hanya dibalas gumaman oleh Eillen

“Lihat aku” ucap Alby mencoba mengembalikan mood gadis itu

Eillen merubah posisi duduknya menghadap Alby, tapi tidak menatap pria tersebut. Alby tahu akan sangat susah mengembalikan mood kekasihnya. Eillen harus bisa mengungkapkan apa yang ia rasakan dulu untuk merasa lega. Sementara, membuat Eillen bicara saat tengah sedih atau marah, bukan perkara mudah. Ia membutuhkan waktu dua hingga tiga hari, kecuali gadis itu sendiri yang mau menceritakan segalanya.

“Sayang, aku tahu tidak bisa menyuruh kamu untuk melupakan apa yang Zaina katakan tadi. Ucapan dia pasti menyakiti kamu, tapi kamu harus fokus pada apa yang Papa katakan soal kita. Papa memberikan restu untuk kita, dan hal itu lebih penting dibanding apapun. Setelah menikah, kamu akan tinggal bersama aku tanpa ada Zaina atau Papa. Kita akan membangun keluarga kita sendiri, jadi kamu tidak perlu khawatir. Sebisa mungkin aku akan melindungi kamu dari perempuan itu” jelas Alby.

Eillen mendongak, kemudian air matanya jatuh begitu deras. Gadis itu memeluk Alby erat dengan membiarkan air matanya terus turun meski tanpa suara.

“Aku kesal, aku sangat kesal dan sakit hati. memang kenapa kalau aku dari keluarga biasa saja? Apakah aku tidak boleh jatuh cinta dengan seseorang yang status sosialnya jauh dariku? Siapa dia hingga berani menghakimi perasaanku? Apa dia Tuhan?” oceh Eillen dengan pipi basah.

“Dia tidak tahu apapun tentang aku, tentang Ayah, dan keluargaku. Tapi kenapa dia bicara seolah-olah dia mengetahui semuanya. siapa dia? Tidak ada yang berbeda dari kita selain ketakwaan dihadapan Tuhan, kan? Kenapa dia sangat jahat dengan menuhankan uang seolah kematiannya akan selesai dengan hartanya yang berlimpah. Seolah dosanya akan diampuni jika ia memiliki uang satu gunung” tutur Eillen sambil terisak tanpa melepas pelukkan kekasihnya.

Alby hanya mengelus pelan punggung gadis itu sambil sesekali mengecup pelipisnya.

“Akan selalu ada orang-orang seperti itu, jangan dengarkan, jangan seperti ini. Maaf Mas bikin kamu sedih” Alby mengecup kedua kelopak mata Eillen sambil mengelus kedua pipi gadis itu dengan ibu jarinya. Menatap wajah Eillen yang basah dengan air mata dan  bahu bergetar.

Lihat selengkapnya