Retak Berhamburan

blank_paper
Chapter #1

Bab 1 - Malam Tahun Baru (PoV Jingga)


Aku sedang duduk terdiam sambil menatap foto pernikahan yang terletak di atas meja kerjaku. Sudah hampir lima belas tahun aku hidup bersama dengan pria yang tersenyum bahagia sambil memelukku di dalam foto itu.

Tidak pernah ada pertengkaran berarti di antara kami. Seingat ku, kami bahkan hampir tidak pernah berdebat hebat. Aku dan dia, memiliki karakter yang hampir sama. Kami sama-sama memiliki toleransi yang besar terhadap satu sama lain.

Mungkin bagi beberapa atau kebanyakan orang, hubungan aku dan dia sedikit tidak biasa. Teman-temanku pun terkadang bingung dengan hubungan kami.

Jika kebanyakan orang menuntut pasangannya untuk selalu memberi kabar, tidak dengan kami. Kami baik-baik saja hanya dengan pesan singkat satu atau dua kali dalam satu hari. Kami akan menceritakan semuanya ketika kami bertemu kembali di malam hari.

Kami juga sangat menghargai privasi masing-masing. Kami memberikan kepercayaan yang besar satu sama lain dan tidak pernah membuka ponsel pasangan kecuali dengan izin. Itu pun bukan untuk melihat isi percakapan atau mencari apakah ada yang di sembunyikan.

Mungkin hubungan kami lebih seperti sahabat baik yang hidup bersama. Dan kami menikmatinya. Kami menjalani kehidupan pernikahan dengan santai.

Aku kira, apa yang kami miliki cukup untuk membuat kami bertahan, tetapi ternyata tidak. Sudah sekitar tiga bulan ini aku merasa ada yang berubah.

Awalnya, aku tidak terlalu menganggapnya sebagai sebuah masalah. Aku mengira kalau suamiku sedang sibuk dengan pekerjaannya di tiga bulan terakhir di tahun ini. Sampai akhirnya aku merasa memang ada yang tidak beres dengan pernikahanku.

Entah mengapa, aku merasa kalau ada seseorang yang mulai mengusik kehidupan pernikahanku.

Sikap suamiku mulai dingin. Beberapa kali aku juga menemukan ia tertidur di ruang kerjanya, padahal selama ini, semalam apa pun ia bekerja, ia akan tetap kembali ke kamar dan tidur sambil memelukku.

Aku juga memperhatikan kalau ia sering sibuk dengan ponselnya dan mengabaikan keberadaan ku.

Tepat di hari terakhir di tahun ini, aku memutuskan untuk berbicara dengan suamiku karena aku tidak ingin semua ini menjadi semakin berlarut-larut.

Aku ingin mengetahui apakah ada sesuatu yang membuat suamiku berubah. Mungkin ada sesuatu yang aku lakukan yang mengganggunya.

Malam itu, aku memanggilnya ke dalam kamar kerjaku. Aku sengaja memilih untuk berbicara dengannya di malam hari setelah anak-anakku tertidur.

Satu hal yang selalu aku jaga dalam pernikahanku adalah apa pun yang terjadi di antara kami, anak-anak tidak boleh mengetahuinya.

Kalaupun ada perdebatan di antara kami, kami tidak akan melakukannya di depan mereka.

Jam sepuluh malam akhirnya Dewa, suamiku, masuk ke dalam ruang kerjaku. Ada yang berbeda.

Tidak ada senyuman di wajahnya. Aku melihat sepertinya ada sesuatu yang ia sembunyikan dariku. Ia juga tampak lelah dan tampak sedikit enggan untuk berbicara denganku.

Lihat selengkapnya