Kami hanya terdiam. Baru kali ini aku merasa, ketika kami berada di satu ruangan yang sama, ada jarak yang begitu jauh di antara kami. Ia bahkan membiarkanku menangis sendirian tanpa ada pelukan yang biasa menenangkan ku.
Dewa yang dulu aku kenal, akan membawaku ke dalam pelukannya. Ia tidak akan berkata apa-apa. Ia hanya terus memeluk sambil mengusap kepalaku sampai aku tenang. Bahkan tidak jarang aku akan tertidur sambil menangis di dalam pelukannya.
Sepertinya, aku memang telah kehilangan hatinya. Pria yang ada di sampingku kini bukanlah pria yang selama ini menemani setiap hari-hariku. Pria yang khawatir kalau ia akan menyakitiku.
Ada apa sebenarnya?
Aku terus bertanya di dalam hati. Aku tidak mengerti. Selama ini, jika ada yang mengganggu, kami akan duduk bersama dan membicarakannya. Bahkan kami sangat menghindari tertidur dalam keadaan saling diam memendam sesuatu.
Tapi, tiga bulan ini sikapnya begitu jauh berbeda. Bahkan perbedaan itu semakin hari semakin jelas sehingga aku sudah tidak bisa menganggapnya kalau ia memang sedang sibuk dengan pekerjaannya. Aku membiarkan keadaannya sudah terlalu berlarut-larut. Sebuah kesalahan yang aku sadari aku lakukan.
“Satu bulan. Hanya itu yang aku minta.” Aku memecah keheningan di antara kami. Rasanya begitu menyiksa. Aku tidak nyaman dengan keadaan kami saat ini.
Biasanya, walaupun kami berdua saling diam, aku selalu merasakan kenyamanan berada di dekatnya. Kami mungkin sibuk dengan ponsel kami masing-masing, tetapi suasananya tidak menyiksa seperti ini.
Dewa mengangkat wajahnya dan menoleh ke arahku. Ia memandangku dengan raut wajah tidak mengerti. Mencoba mencari makna dari kata-kataku.
“Ketika aku bertanya apakah ada wanita lain, kamu menjawab tidak. Karena itu, aku hanya meminta waktu satu bulan untuk kita mencoba bertahan. Jika setelah satu bulan tidak juga berhasil, maka aku akan mengikuti keinginanmu, sekalipun itu berarti kita harus berpisah.”
Aku tidak akan menyetujui keinginannya untuk menjauh dariku begitu saja. Aku telah bersamanya sekian lama dan aku akan berusaha untuk tetap mempertahankannya walaupun itu berarti aku seperti sedang mengemis di hadapannya.
Apakah ada yang mengatakan kalau aku bodoh? Bagaimana bisa aku seperti mengemis padanya untuk tetap tinggal sekalipun aku tahu kalau aku telah kehilangan perasaannya kepadaku?