Retak Berhamburan

blank_paper
Chapter #17

Bab 17 - Meminta Kesempatan Pada Jingga (PoV Dewa)


Rasa kecewa dan kesalku pada Lidya masih berlanjut. Aku tidak menghubunginya lagi setelah pembicaraan terakhir kami semalam.

Aku lihat beberapa kali dia menghubungiku, tetapi aku tidak membalas pesan darinya. Aku berusaha untuk menjernihkan pikiranku. Semuanya kacau. Jingga ingin berpisah dan Lidya tidak berniat untuk meninggalkan suaminya.

Hari Sabtu ini memang seharusnya aku bertemu dengan Lidya, tetapi untuk menjaga keadaan tetap aman, aku memutuskan untuk tidak mencari masalah karena suami Lidya pun ikut serta.

Aku tahu kalau Lidya ingin aku ikut, dan tampaknya ia tidak terlalu terpengaruh dengan kenyataan kalau Jingga sudah mengetahui tentang hubungan kami karena Jingga tidak memberitahukan suaminya. Ia merasa posisinya aman.

Semalam aku tidur di kamar kerjaku. Aku masih bingung harus mengambil sikap, tetapi aku paksakan diriku hari ini untuk sebaiknya membicarakan masalah kami agar tidak menggantung dan aku ingin mengurungkan niatnya untuk membatalkan rencana perceraian itu

Kebetulan anak-anak sedang menginap di rumah orang tuaku, aku berencana mengajak Jingga untuk pergi sambil kami bisa membicarakan tentang masalah kami.

Aku mengetuk pintu kamar kami beberapa kali, tetapi tidak ada jawaban. Aku pun membuka pintu, tetapi tidak menemukan Jingga, tidak juga di dalam kamar mandi.

“Ke mana Jingga?” tanyaku dalam hati. “Mungkin dia sedang membuat sarapan.”

Aku pun turun ke bawah untuk mencarinya. Benar dugaanku, Jingga sedang memotong buah untuk dijadikan jus. Ia menoleh ketika melihat aku menuruni anak tangga.

“Kamu sedang membuat jus?” tanyaku sambil melangkah mendekat ke arahnya. Langkahku berhenti tepat di belakangnya. Dulu, aku sering sekali memeluknya tanpa harus berpikir. Sekarang, aku merasa canggung.

“Kamu mau?” tanya Jingga sambil memasukkan beberapa potong buah segar ke dalam juicer.

“Boleh kalau kamu tidak keberatan membuatkannya.” Jawaban yang terdengar kaku. Biasanya aku tidak seperti ini.

Aku ingin memeluknya, tetapi seperti ada yang menahan. Aku juga takut kalau Jingga akan menolakku. Akhirnya, aku memilih untuk duduk di stoolbar di belakangnya.

“Apakah kamu ada rencana hari ini?” tanyaku lagi. “Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat.”

“Ke mana?”

Lihat selengkapnya