Permintaan Dewa untuk memberikannya waktu dan bersabar tentang hubungannya dengan Lidya hampir saja membuatku melempar gelas yang ada di hadapanku ke arahnya. Bagaimana dia bisa meminta hal itu kepadaku? Istrinya sendiri dan ibu dari anak-anaknya?
Aku tidak tahu kalau dia bisa sekejam ini. Aku pikir, dia cukup mengingat perjalanan kami dan menghargai waktu yang kami miliki untuk tidak lebih menyakitiku, tetapi sepertinya, waktu yang kami lalui bersama tidak cukup berarti. Dia tetap dengan tanpa rasa bersalah meminta aku menerima wanita lain di antara kami.
“Kamu meminta waktu kepadaku, lalu aku harus bersikap seperti tidak terjadi apa-apa?”
Aku meletakkan gelas yang telah aku cuci di lemari dan aku berbalik menatapnya.
“Apakah kamu bisa melakukan hal yang sama jika aku memintanya kepadamu? Bersabar selama aku bersenang-senang dengan pria lain?”
Aku bisa melihat perubahan raut wajah Dewa setelah mendengar pertanyaanku. Ia tampak kesal karena aku masih bersikeras untuk memojokkannya. Sebenarnya aku sengaja melakukannya. Aku ingin membuatnya tidak nyaman. Aku ingin memperlihatkan kepadanya, kalau apa yang dia lakukan kepadaku tidak membuatku terpuruk, walau sebenarnya hal itu masih membuatku menangis di malam hari.
“Aku mendapatkan hal lain yang tidak aku dapatkan darimu. Dan itu membuatku terlena. Aku tahu ini salah, tetapi aku tidak bisa mencegahnya.”
“Bersikap manja dan bermulut manis, maksudmu?”
Dewa mengangguk pelan. “Salah satunya. Selain itu, dia membuatku merasa dibutuhkan. Denganmu, aku merasa kamu sangat mandiri, walau memang terkadang kamu juga meminta bantuan ku, tetapi rasanya berbeda.”
Aku hanya bisa tertawa mendengar alasannya mengkhianatiku. Karena mulut manis dan rayuan yang diberikan Lidya kepadanya? Dan sayangnya, dia tidak pernah mendiskusikan hal ini kepadaku.
Dari yang aku tahu, Dewa justru bangga memiliki istri yang mandiri. Dia sering mengatakan hal itu kepada teman-temannya. Lalu, sekarang? Apakah seleranya menjadi berubah?
“Tidakkah kamu pernah berpikir kalau itu memanglah pekerjaannya? Membuat seseorang mau menerima apa yang dia tawarkan. Dia seorang marketing, kan?”
Aku sama sekali tidak merendahkan pekerjaan sebagai seorang marketing. Tidak semua orang bisa melakukannya. Tetapi, aku hanya menghubungkan keahliannya yang dia gunakan untuk merayu Dewa.
“Pernahkah kamu berpikir kalau dia melakukan itu karena dia ingin mendapatkanmu? Kamu tahu kan, kalau masa promosi semua terasa indah? Apakah dia mendekatimu dengan menceritakan kisah sedih dan memberikan perhatian yang tidak berhenti?”