Aku sedang menikmati peranku saat ini sebagai bagian rencanaku untuk mempermainkan Dewa dan Lidya. Tentu saja tidak mudah untuk tetap tenang ketika di depan mataku sendiri, suamiku berhubungan dengan wanita lain.
Seperti malam ini, Dewa pulang setelah bertemu dengan Lidya dan mengaku kalau mereka sudah tidak lagi berhubungan. Nyatanya? Bahkan belum lewat tengah malam, wanita itu sudah mengirimkan pesan kepada Dewa.
Entah apa yang ada di kepala Dewa sampai ia tidak bisa menyadari wanita seperti apa seorang Lidya. Wanita yang berani menjalin kasih dengan pria lain padahal dia sudah memiliki suami, apalagi sampai tidur dengan pria lain yang adalah milik wanita lain.
Apakah Dewa tidak pernah memikirkan kalau Lidya tidak hanya pernah berhubungan dengannya? Terlebih lagi, sepertinya dia tahu bagaimana mengendalikan Dewa.
Sebuah ketukan membuatku menoleh dari kegiatanku yang sedang menonton televisi.
“Jingga, ini aku. Apakah aku boleh masuk?”
“Masuk saja, tidak aku kunci.”
Pintu kamar tidurku pun terbuka. Aku melihat Dewa masuk dengan ragu-ragu, seakan dia tidak pernah masuk ke dalam kamar ini.
“Ada apa?” tanyaku sambil mematikan televisi dan duduk di sofa.
Dewa mengikutiku dan duduk di sofa di hadapanku.
“Apakah besok kamu dan anak-anak bisa menjemputku? Pagi aku akan bersepeda. Aku tidak membawa mobil, lalu setelah itu, kita ajak anak-anak sarapan di bakmi kesukaan mereka.”
Aku memandang Dewa beberapa saat tanpa menjawab. Di pikiranku hanya satu. Apakah wanita itu akan ada di sana? Aku tidak ingin anakku melihatnya bersama dengan ayahnya.
“Aku tidak memberitahu Lidya. Dia tidak akan ikut aku bersepeda.”
“Oke. Aku hanya tidak ingin anak-anak bertanya tentang kelakuan ayah mereka di luar sana.”
“Baiklah.”
Dewa tidak segera beranjak. Ia melihat ke arah sekeliling kamar yang dulu pernah ia tempati. Tempat di mana dia pernah bahagia bersama istrinya.
“Apakah aku boleh tidur di sini malam ini?”