Retak Berhamburan

blank_paper
Chapter #27

Bab 27 - Lidya Kembali Berulah (PoV Dewa)

Sudah beberapa hari ini Lidya lebih sering menghubungiku lewat DM Instagram. Sebenarnya aku tidak mengerti kenapa. Aku hanya menurutinya saja.

Dia selalu menunjukkan kegiatannya melalui IG Story yang di closed friend agar hanya aku yang bisa melihatnya.

Dia mengirimkan kata-kata manis, foto dia sedang di kantor, dan masih banyak hal lainnya. Hal-hal kecil yang sebenarnya tidak perlu aku tahu, tetapi dia tetap mengabariku setiap waktu.

Mungkin, dia mengharapkan hal yang sama denganku. Aku tidak pernah membuat story karena jujur saja, aku tidak tahu cara untuk membuat closed friend dan jujur saja, aku terlalu malas untuk setiap waktu mem-post sesuatu. Aku memilih sekedar mengirimkan pesan atau vc saja.

Hari ini, dia berhasil membuatku marah. Hanya karena masalah sepele dia membalas dengan hal yang membuatku muak.

Aku memang sedang ngobrol dengannya di telegram dan aku juga sedang saling membalas pesan di grup whatsapp sepedaku, yang ada Lidya juga sebagai anggotanya. Aku terlalu asyik di grup itu sampai mengabaikan Lidya dan tidak membalas pesannya.

Dan kalian tahu apa yang dia lakukan? Dia mengirimkan gambar percakapannya dengan seorang nasabah di mana dia mengirimkan foto dirinya ke nasabah tersebut kepadaku. Dia seperti ingin menunjukkan kalau dia juga bisa mengabaikanku dan asyik berbincang dengan orang lain.

[Maafkan aku, By. Tadi kesal karena kamu asyik membalas di grup dan mengabaikan pesanku.]

[Aku tahu kalau kamu kesal. Tapi, tidak seperti itu caranya. Kamu malah mengirimkan foto ke nasabah kamu.]

[Aku tidak mau kamu di cap gampangan sama nasabah kamu. Ini baru foto. Bagaimana kalau ternyata dia memgajakmu makan, lalu mengajakmu macam-macam?]

[Kalau memang kamu mau cari yang baru, bilang saja.]

[Enggak, By! Aku hanya ingin membuat kamu kesal.]

[Aku tidak mau yang lain. Sekarang kan kamu sudah memperhatikan aku. Jadi, aku nggak mau buat kamu cemburu lagi.]

[Aku jadi tahu kalau kamu masih sayang sama aku.]

[Aku harap, hal seperti ini tidak terjadi lagi.]

[Iya, By. Maafkan aku yaaaa.]


Dengan Jingga, tidak pernah aku mendapatkan masalah seperti ini. Jingga sangat tahu bagaimana menjaga dirinya. Bahkan setahuku, isi chat-nya hanyalah soal bisnis dan keluarga. Bila ada orang tidak dikenal atau pria mengirimkan pesan diluar urusan pekerjaan, dia tidak akan menanggapinya dan selalu bilang kepadaku.

Bahkan, kalau ada yang menawarkan sesuatu dan meminta nomor ponselnya, dia selalu memberikan nomorku kepada mereka.

Untuk ntuk saat ini, aku sedang tidak ingin berbicara dengannya. Masalah tentang kecurigaanku kalau dia mengirimkan pesan kepada Jingga saja belum aku tanyakan, dan sekarang dia malah mencari gara-gara dengan bersikap gampangan seperti ini. Tapi, aku harus tahu apakah memang dia yang mengirimkan semua pesan itu kepada Jingga.

Seharusnya, kalau aku tidak dibutakan oleh cinta, dengan Lidya bersedia berselingkuh denganku saja sudah merupakan tanda kalau dia bukan wanita baik-baik.

Wanita mana yang mau memiliki hubungan dengan pria beristri, dan dia sendiri pun sudah memiliki keluarga. Tapi, aku mencoba menutupi semua kenyataan itu dengan berpikir kalau kami memang bertemu di waktu yang salah, tetapi mencoba untuk bisa bersama. Menunggu Tuhan memberikan jalan.

[Kita bisa ketemu sore ini, tidak?]

[Aku ingin bicara.]

[Bisa, By. Untuk kamu pasti akan aku usahakan.]

[Kita bertemu di depan laundry seperti biasa?]

[Iya, nanti kalau kamu sudah jalan pulang, kabari aku.]

Lihat selengkapnya