[Jingga aku butuh beberapa dokumen yang harus kamu lengkapi dan kamu tanda tangani.]
[Kapan kita bisa bertemu?]
Rara mengirimkan pesan padaku keesokan harinya. Sejak kemarin aku memang belum mengatur ulang jadwal pertemuan kami. Aku harus segera menyelesaikan semua ini. Rasanya, aku sudah semakin tidak bisa untuk tinggal satu atap dengan Dewa.
[Sore ini aku ke rumahmu.]
[Kirimkan saja daftar dokumen yang harus aku siapkan.]
[Kamu yakin Dewa akan mengizinkanmu ke rumahku?]
[Biarkan saja. Kalau pun dia mau ikut, aku tidak masalah.]
[Oke. Aku tunggu, ya.]
Aku melihat jam di dinding dan sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Anak-anak masih menginap di rumah orang tuaku, karena itu aku bisa lebih bersantai di pagi hari.
Setelah lima belas menit aku melakukan peregangan, aku pun turun ke bawah untuk membuat sarapan, tetapi tebak apa yang aku temukan. Aku menemukan sarapan sudah siap dan Dewa sedang menikmati kopi pagi di depan laptopnya.
“Kamu sudah bangun? Tadinya aku ingin membangunkan mu dan mengajakmu sarapan pagi, tetapi aku pikir untuk membiarkanmu beristirahat lebih lama. Lagi pula anak-anak sedang tidak ada.”