Retak Berhamburan

blank_paper
Chapter #36

Bab 36 - Mencoba Berubah (PoV Dewa)

Isi kepalaku benar-benar berantakan. Aku mencoba untuk memperbaiki hubunganku dan Jingga. Aku melakukan apa yang sering aku lakukan untuknya dulu, tetapi Jingga menerimanya dengan begitu dingin. Apakah tidak ada sedikit saja kesempatan yang ia berikan untukku?

Hubunganku dengan Lidya pun sedang tidak baik. Aku mulai lelah dengan sikap kekanakannya yang selalu menuntut perhatian dariku. Bahkan terkadang ia tidak mau mengerti kalau aku memiliki istri yang tetap harus aku prioritaskan.

Dulu ia tampak mau mengalah, tetapi semakin hari, setelah Jingga tahu hubungan kami, dia menganggap hubungan kami seperti sebuah persaingan, di mana aku adalah pihak yang harus memilih antara dirinya dan Jingga.

Sejak Jingga tahu pun, Lidya tampak lebih banyak merajuk dan meminta putus. Aku tidak mengerti. Terkadang, aku merasa kalau Lidya sudah tidak merasa kalau hubungan kami menarik. Kami tidak perlu lagi sembunyi-sembunyi dan dia kehilangan adrenalin itu.

Tentang Jingga yang menjawab semua rajukan Lidya pun, aku tidak mengatakan apa-apa. Sejak percakapan itu, aku belum bertemu lagi dengan Lidya dan belum saling berkomunikasi.

Aku membaca semua percakapan itu dan aku takjub dengan cara Jingga mengontrol diri sehingga ia tidak berakhir dengan memaki Lidya dan mengaku kalau Jingga lah yang berkomunikasi dengannya.

Membaca semua percakapan mereka, aku tahu bagaimana menyebalkannya Lidya kalau sedang merajuk. Apalagi dari yang aku baca, seharusnya bukan kesalahanku, tetapi Lidya tampaknya tidak peduli. Yang penting dia bisa merajuk dan membuatku merasa bersalah.

Aku tetap menyangkal semua itu. Aku tetap berusaha untuk melihat sisi baik Lidya yang membuatku jatuh cinta kepadanya. Semua orang memiliki dua sisi bukan? Dan tidak seharusnya aku mencintai sisi baiknya saja.

Satu hal lagi yang membuatku khawatir.

Meskipun aku tahu kalau aku telah mengkhianati Jingga, tetapi aku tidak rela ia jatuh ke pelukan lelaki lain. Dan lelaki itu hadir di saat hubunganku dan Jingga di ambang kehancuran.

Adam. Iya. Satu sosok yang jujur saja membuatku sedikit tidak percaya diri sejak dulu. Ketika aku mendekati Jingga, aku tahu tentang kedekatan Jingga, Adam, dan Rara. Aku bahkan tidak menyangka kalau Jingga akan memilihku.

Pada saat itu, Adam memiliki hampir semua yang pria inginkan. Wajah tampan, postur tubuh tinggi, kekayaan dan entah apa lagi yang tidak ingin aku ingat.

Sosok seperti itu saja tidak berhasil meluluhkan hati Jingga, apa lagi aku?

Bukannya aku pun tidak memiliki modal. Wajahku cukup menarik banyak perhatian wanita, hanya saja tubuhku memang tidak setegap Adam. Keluargaku juga dari keluarga yang cukup berada dan aku memang tidak ingin menggunakan hal itu untuk memikat wanita.

Tetapi, semesta berpihak kepadaku dan aku lah yang berhasil menyandang status sebagai suami Jingga.

Aku ingat pesan Adam sebelum ia memutuskan untuk berangkat ke London untuk meneruskan pendidikannya. “Aku tidak akan pernah melepaskannya. Satu kali saja kamu menyia-nyiakannya, aku akan kembali dan merebutnya dari sisimu.”

Kata-kata itu kini kembali terus terngiang di kepalaku sejak aku tahu Adam telah kembali.

Ada ketakutan besar ketika aku bertemu dengannya kemarin. Aku bisa tahu dari caranya memandang Jingga perasaannya masih tetap ada walau sudah sekian lama.

“Tidak! Apa pun yang terjadi, Jingga adalah milikku. “Mungkin sekarang Jingga belum bisa memaafkan aku, tetapi aku tahu bagaimana lembut hati Jingga yang sebenarnya. Aku pasti bisa membuatnya menerimaku kembali.”

Hal pertama yang terpikirkan olehku adalah bagaimana untuk menyelesaikan permasalahan ku dengan Lidya. Aku tahu tidak akan mudah. Aku telah terbuai olehnya hampir satu tahun ini, tidak mudah untuk melepaskan semua itu.

Lihat selengkapnya