Retak Berhamburan

blank_paper
Chapter #37

Bab 37 - Berlibur (PoV Dewa)

Aku membaca setiap pesan dari Lidya. Sebenarnya, aku berharap dia tidak pernah menghubungiku kembali tentang kejadian kemarin . Mungkin akan mudah untukku memulai kembali dengan Jingga kalau dia tidak pernah datang kembali.

Sulit bagiku melepaskan diri kalau bukan dia yang meninggalkan aku. Aku tidak akan memintanya untuk kembali kalau memang dia bermaksud meninggalkan dan membuangku.

Aku melirik ke arah Adam yang tampak tidak memedulikan kehadiranku. Mungkin dia ada di sana untuk menjaga agar aku tidak mencari keributan dan memastikan aku tetap duduk diam selama Jingga berbicara dengan Rara.

Aku mulai mengetik balasan.

[Jujur saja, aku kecewa dengan kamu. Sedikit-sedikit minta putus.]

[Lalu, kamu sengaja posting kemesraan sama suami kamu di IG.]

[Aku tahu kalau supaya aku cemburu, kan?]

Aku memang sempat melihat postingan terbarunya. Selama ini, Lidya tidak pernah memposting foto suaminya dan aku juga tahu betul dia melakukan itu untuk menarik perhatianku dan membalasku.

[Kok kamu tahu, By? Kalau aku posting foto itu supaya kamu marah.]

[Maaf, ya? Kalau kamu cemburu aku kan tahu kamu masih sayang sama aku.]

[Aku senang kamu cemburu.]


Betul dugaanku. Lidya sendiri pun mengakuinya.

[Aku nggak suka kamu pakai ngetes perasaanku seperti itu.]

[Kamu itu wanita dewasa bukan ABG yang masih cinta monyet.]

[Kalau kamu ragu, untuk apa kamu balik lagi? Lupakan saja aku.]


Aku menghela napas. Aku kesal dengan keadaan ini. Jingga yang tegas ingin meninggalkan aku, Lidya yang seperti bermain dengan perasaanku. Semua membuatku pusing.

“Kalau mau minum kamu bisa ambil sendiri di kulkas.”

Sepertinya desahan napasku tadi cukup menarik perhatian Adam.

“Iya, terima kasih,” jawabku singkat.

Aku kembali melihat ke layar ponselku. Lidya belum menjawab dan aku juga tidak ingin mengatakan apa-apa lagi.

Aku tidak berharap akan ada pembicaraan di antara aku dan Adam. Dan memang tidak ada sama sekali kecuali dia yang menawarkan aku minum tadi.

Pembicaraan Rara dan Jingga sepertinya sudah selesai. Aku melihat mereka keluar dari sebuah ruangan tidak jauh dari tempatku menunggu.

“Kamu sudah selesai?” Aku langsung berdiri dan menghampirinya.

“Masih ada beberapa yang harus disiapkan. Aku harap proses ini akan berjalan dengan cepat. Nanti aku hubungi lagi, ya?” Rara memeluk Jingga sebagai ucapan perpisahan.

Lihat selengkapnya