Retak Berhamburan

blank_paper
Chapter #39

Bab 39 - Bertambah Kacau (PoV Dewa)


Sore ini Jingga pergi menemui Rara dan kemungkinan akan makan malam di luar bersamanya. Aku tidak keberatan. Aku tidak ingin mengekang Jingga dan tetap memberikan kebebasan kepadanya sebatas toleransi yang bisa aku berikan.

Aku memasak makan malam ku sendiri. Biasanya, aku akan menunggu Jingga memasaknya untukku, tetapi aku tidak ingin membuatnya repot. Dia pasti lelah dan aku tidak boleh manja seperti dulu.

Ketika aku selesai menikmati makan malam, tiba-tiba aku mendapatkan pesan dari Rara yang mengatakan kalau Jingga akan menginap di rumahnya. Tentu saja aku bingung, mengapa tiba-tiba Jingga ingin menginap dan Rara yang memberitahuku.

Aku mencoba menghubungi Jingga, tetapi tidak ada yang mengangkat. Tentu saja aku resah. Di rumah itu ada Adam yang bisa saja merayu istriku yang sedang menghadapi masalah di dalam rumah tangganya.

Setelah aku tidak berhasil menghubungi Jingga, aku pun mencoba menghubungi Rara.

“Halo, Ra. Bisa bicara sama Jingga sebentar? Aku menghubunginya, tetapi tidak ada yang mengangkat.”

“Dia sedang tidak ingin bicara denganmu.”

Tanpa ragu Rara langsung menjawab. Bahkan aku tidak mendengar kalau Rara bertanya kepada Jingga apakah dia ingin bicara denganku atau tidak.

“Aku tidak mengerti. Sebenarnya, ada masalah apa? Sebelum pergi tadi, Jingga baik-baik saja. Apakah dia sakit? Aku akan menjemputnya.”

“Tanyakan saja pada pelacurmu itu apa yang dia lakukan kepada Jingga. Berdoalah dia tidak pernah berpapasan denganku kelak.”

Dan Rara memutus panggilanku. Tentu saja aku semakin bingung dan tidak mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi. Apakah Jingga marah kepadaku? Tetapi karena apa? Aku bahkan tidak melakukan apa-apa sore sampai malam ini.

Lalu, mengapa Rara menyebutkan soal Lidya? Apakah mereka bertemu?

Aku tidak menyukai kondisi ini. Aku langsung mengambil kunci mobil dan mengendarai mobil ke arah rumah Rara. Aku tidak peduli kalau ini sudah larut malam.

Satu jam perjalanan aku tempuh dan akhirnya aku sampai di rumah Rara. Satpam yang menyambutku dan membukakan pintu.

Aku membunyikan bel dan salah satu pelayan yang membuka pintu. Ketika pelayan itu ingin mempersilakan aku masuk, suara Adam menahannya.

“Biar saya yang keluar, Bi. Bibi istirahat saja, ya?”

Adam berdiri di ambang pintu seakan mencegahku untuk masuk ke dalam. Raut wajahnya terlihat tidak suka melihatku.

“Aku ingin menjemput Jingga.”

“Dia sudah tidur. Besok aku yang akan mengantarnya pulang.”

“Aku tahu dia belum tidur. Aku perlu bicara padanya. Apa yang terjadi? Kenapa tiba-tiba dia ingin menginap? Jingga tidak pernah menginap kalau bukan sesuatu yang mendesak.”

Lihat selengkapnya